DIBO
SENATOR
DARI
GANG POTLOT
Fury Qonzano
Motivasi-Pembelajaran dan Keberanian
Penerbit
YAYASAN RELAWAN DIBO PIS
w.dibopis.com
DIBO
SENATOR
DARI
GANG POTLOT
Perpustakan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Fury Qonzano; Dibo, Senator Dari Gang Potlot
Jakarta: Januari, 208
lxvi+ 178 hlm.; 20 cm
ISBN:978-979-1818-0-0
Penulis: Fury Qonzano
Cover Designer: Budi B363NK
Editor &Layout:Bach Roe Den A
Diterbitkan oleh:
YAYASAN RELAWAN DIBO PIS
Jl.Raya Pasar Mingu No.2
Duren Tiga Jakarta Selatan. Ph.021. 7919356
Cetakan I
Jakarta, Januari 209
Penerbit
YAYASAN RELAWAN DIBO PIS
w.dibopis.com
ISI BUKU
ENDORSEMENT _ v
GERBANG BUKU
Setia Budy Ace _ xv
KOMENTAR
KH. DR. TB Abdul Rahman Anwar, MA _xix
Ust. Faiq Abdul Rahman MZ _xvi
Jery Duane Gray _lxi
Pengantar Penerbit _li
Pengantar Penulis _lvi
Pengantar DR.M. Amien Rais
Mantan Ketua MPR RI _lxv
Pengantar Bunda Ifet Sidharta
Manager Slank _lxvi
Ucapan Terima Kasih _lxix
EPISODE SATU
Sketsa Indonesia _1
Aktualisasi Agama Yang Tidak Kafah _3
Hilangnya Nurani _9
Lemahnya Tatanan Sosial Dan Hukum _13
Sistem Ekonomi Kapitalis _19
EPISODE DUA
Krisis Dan Kebangkitan Kaum Muda _35
Dibo - Mendobrak Krisis dan Keterpurukan _39
EPISODE TIGA
Senator Dari Gang Potlot _51
Dibo Dan Politik _65
Dibo Yang Penulis Kenal _75
Dibo, Point of View _87
Masa Kecil Dibo _109
Dibo, Slankers Dan Isteri _15
Senator Ambulan _17
Dibo, Brad Pit dan Oprah Winfrey _123
EPISODE EMPAT
Dibo & Slank Di Mata Jurnalis _141
ENDORSEMENTS
Keberhasilan besar adalah kulminasi dari berbagai keberhasilan kecil sebelumnya. Seperti
bangsa yang berhasil membuat pesawat terbang yang laku keras di pasaran global, sukses besar
tersebut dicapai karena bangsa tersebut pertama berhasil merancang desain pesawat yang
efisien dari sudut ilmu aerodinamika yang disusul dengan kemampuan membangun pabrik
modern untuk memproduksinya secara masal, lalu dapat memproduksinya dengan memenuhi
standard mutu yang tingi, biaya kompetitif dan tepat waktu dalam jadwal penyerahan pesawat
kepada pembeli. “Dibo Pis dari Gang Potlot� mengambarkan bagaimana suatu keberhasilan
yang meski bernilai kecil di awalnya, namun dengan dikawal niat dan akhlak yang baik serta
piawai dalam memotivasi rekan-rekanya, maka sukses tersebut dapat membuahkan prestasi
yang lebih besar. Berawal dari kegemaran pada musik Slank, yang kemudian dihimpun dalam
suatu fans club yang terorganisasi dengan baik, Penulis menguraikan bagaimana proses tersebut
bisa bergulir, yang melahirkan sukses demi sukses berikutnya hinga akhirnya sang pendiri
dan Ketua Fans Club dipercaya oleh masyarakat DKI untuk mewakili mereka di salah satu
lembaga tingi negara di Indonesia.
Kita semua mengharap bahwa karya dan prestasi seorang tokoh muda seperti Dibo Pis
masih akan melahirkan aneka sukses dan terobosan yang bermanfat tidak hanya bagi
masyarakat DKI tetapi juga mencakup skala nasional, bahkan global sekalipun. Kisah perjalanan
Barak Obama merupakan bukti konkrit dan bukti hidup bagi generasi muda seluruh dunia
bahwa dengan berbekal landasan moral dan religius yang mantap, setiap insan muda dapat
meraih yang mustahil, bahkan merubah sejarah. Tidak berlebihan bila bangsa kita juga
mengharapkan lahirnya banyak pemimpin seperti Obama di negeri kita sendiri.
Bangsa, budaya dan sastra kita masih miskin dengan dokumentasi dan publikasi mengenai
tokoh muda yang berhasil. Buku ini adalah suatu kontribusi yang turut mengisi kekurangan
bahan bacan yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda berikutnya untuk berbuat yang
terbaik bagi masyarakat sekitar, karena akhirnya karya nyata tersebut akan mampu melahirkan
prestasi dan manfat yang lebih besar dan lebih luas lagi. Kami mengucapkan selamat kepada
Penulis atas inisiatif yang baik ini. HASAN M. SOEDJONO, MBA, Direktur Presiden University.
Tokoh Dibo Pis, maupun sang Penulis, keduanya adalah dari generasi muda. Seolah-olah
melalui buku ini, kedua tokoh muda tersebut menghimbau dengan pangilan kalbu yang fitroh
bahwa terlalu banyak yang dapat dilakukan untuk turut membenahi keterpurukan di tengah
kehidupan negeri ini, karena sebagian masyarakat pada umumnya relatif terlanjur terbenam
dalam lumpur hedonisme, materialisme, keduniawian, positivisme, kerakusan dan ketamakan
yang tidak bermartabat. Perbuatan luhur dan mulia itu- amal sholeh tersebut, ternyata bisa
melalui dan terhadap yang seolah-olah diangap terlalu sederhana. Terhadap yang sudah
menjadi jenazah, bahkan hanya melalui sebuah ambulan sekalipun.
Syaratnya, bacalah buku ini dengan mata hati dan kalbu nurani yang jujur penuh
keikhlasan, rindu ridho Alah Aza wa Jala, semoga dapat memetik hikmah dan memperoleh
hidayah.
Insya Alah pembelajaran dan keberanian untuk tampil mulia, luhur dan bermartabat, beramal sholeh semata-mata mencari ridha Alah SWT, akan merebak dalam diri pembaca yang
budiman. Semoga termotivasi dan dapat mendorong kita melakukan amar maâ€Ȓruf nahi munkar
dengan semangat Fastabiqul Khairat. Itulah sebabnya buku ini diberi judul Dibo Senator Dari
Gang Potlot, Membenahi Keterpurukan, pembelajaran, motivasi dan keberanian.
Seandainya, para elit bangsa ini, baik yang berada di lembaga Eksekutif, Legislatif maupun
Yudikatif termasuk keluarga wakil-wakil rakyat kita yang berada di Senayan dan di kabinet itu
dapat menarik hikmah pembelajaran, memiliki keberanian serta termotivasi untuk membenahi
keterpurukan bangsa dan rakyat kita dewasa ini, dengan spirit dan semangat Dibo Pis, anak
muda dengan habitatnya – generasi muda Slank- alangkah indahnya negeri ini; Tata Tentram
Karta Raharja, Baldatun Thoyibatun wa Rabun Ghafur, insya Alah akan dapat dinikmati oleh
anak negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Amin Ya Robal Alamin. DR. HM. ARIE MODUTO,
Director of International for Development in Islamic Finance, Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia.
Buku Dibo, Senator dari Gang Potlot ditulis dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat.
Bahasanya enak dan mudah. Nilai jurnalistiknya juga sangat enak dicerna. Mengenai isi, terus
terang-saya sangat banga dengan Tokoh Dibo Pis yang aktif di bidang dan layanan sosialnya.
Semoga buku ini mampu menjadi motivasi bagi pemuda sehinga memunculkan Dibo-Dibo
baru dengan kreativitas positif lainya. Nini Johan, Ikatan Keluarga BAPINDO Indonesia
Penulis buku ini adalah kawan dekat saya. Saya tahu betul tentang personalitas dan pengalaman
beliau di bidang jurnalistik, sehinga terminologi yang dipakai di dalam penulisan buku ini sarat
makna. Begitupun isi yang disajikan. Tokoh Dibo yang diangkat dalam buku ini tentu memberi
nilai tersendiri. Tokoh ini menjadi penting diangkat mengingat begitu langkanya manusia
semacam Dibo Pis alias Firman Abadi itu. Martin J. Chania, SE,M: Peneliti LAPAN
Pada dasarnya konten buku ini terlalu berat tapi menurut saya dalam perjuangan yang
terpenting bukan siapa yang terlibat tapi apa dan bagaimana perjuangan itu ditempuh. Buku
ini memaparkanya atas nama anak muda.Yogi Juliarto, Wartawan TV Trans 7
Terkadang hal besar tidak hanya bisa dilakukan oleh orang besar saja. Sosok anak muda yang
selama ini termarginalkan oleh kondisi dan lingkungan justeru mampu menghadirkan
perubahan berbasis sosial kemasyarakatan atas kebekuan birokrasi yang menyulit. Qunto
Widjoyo, Aktivis Pendidikan dan Mediator Forum Diskusi Ilmiah & Peradaban “RONIN
COMUNITY� .
Membaca sekilas buku tentang Dibo, yang cukup sarat dengan atmosfir religius dan
kepedulian terhadap masyarakat luas khususnya mereka yang tidak mampu dan kaum dhuafa,
saya kira inilah hal utama yang menjadi kewajiban setiap muslim dan juga seorang pemimpin;
dari kalangan dan agama apapun, ia mesti peduli untuk menunaikan amanah kepada yang
dipimpinya. Oebay, Wartawan Media Indonesia (oebai@yaho.com)
DIBO Senator dari Gang Potlot adalah sebuah dukungan terhadap slankers dan kawula muda
pada umumnya untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang adil dan makmur. Sebagai
Penulis, Fury Qonzano berhasil membuat analisa yang cermat mengenai situasi negeri yang
pantas untuk kita renungkan dewasa ini. Buku ini menyajikan pemikiran secara singkat dan
jelas sehinga ringan untuk dibaca masyarakat. Mubarok, Praktisi Hubungan Masyarakat.
GERBANG BUKU
DARI GANG POTLOT MENUJU SENAYAN
Setia Budy Ace, Pemred Koran Slank
Gang Potlot?
Nyaris tak ada anak muda di Indonesia ini yang tidak mengenal nama gang kecil yang
hanya bisa dilewati sebuah mobil. Jika kebetulan berpapasan, salah-satu mobil harus
mengalah. Lalu-lintas seperti itu kerap terjadi persis di depan rumah Jalan Potlot No.14, Duren
Tiga, Jakarta Selatan. Itulah kediaman Bimbim, arsitek Slank, band rock n rol yang membuat
nama Gang Potlot membumi.
Sekitar tahun 197, Firman Abadi, seorang pria asal Bukit Tingi, Sumatera Barat, kerap
mampir ke Gang Potlot. Selain bertemu dengan Slank, tentu saja ketemu dengan teman
sebayanya yang datang dengan niat yang sama, menyapa idola mereka. Slank dengan jargon
Pis’nya, menjadi spirit yang mumpuni bagi ‘Dibo’, sapan akrab Firman Abadi, yang kini
popular dengan sebutan ‘Dibo Pis’.
Dari silaturahmi dengan sesama pengemar Slank itulah, Dibo, semua Slankers Indonesia
menyapanya begitu, mulai muncul gagasan sederhana di kepalanya, yang ia sendiri tak pernah
memimpikanya, kelak berbuah manis seperti sat ini. Bahwa, pertemuan diantara pengemar
itu tak boleh dibiarkan liar, perlu ada nama untuk mewadahinya. Belakangan, pertemuan
antara pengemar Slank di Jakarta ini melahirkan sebuah kelompok pengemar yang kini
bernama ‘Slank Fans Club’.
Dibo, memiliki andil dalam proses kelahiran Slank Fans Club yang pada awalnya langsung
di bawah kordinasi Bunda Ifet Sidharta. Dari sepengal kisah ini, mulai nampak sikap “sosial”
saya sengaja menulisnya dengan dua tanda petik, untuk mengingatkan kita pada modal dasar
bagi perjalanan karier Dibo), yang dimilikinya.
Salah satu gagasan pentingnya yang bernuansa “ekonomis’” (saya kembali menulisnya
dengan dua tanda petik, ini pun bagian dari modal dasar yang dimiliki Dibo), adalah membuka
usaha ‘merchandise’ yang merefleksikan kecintanya pada Slank. Mulai dari t-shirt, stiker, kartu
angota Slanker, pernak-pernik lainya, yang menampilkan wajah personil dan logo kupu-kupu,
khas Slank. Kelak, bendera dengan gambar wajah Slank dan logo kupu-kupu menjadi trend,
bukan hanya di areal konser Slank, tapi menyebar ke pangung lainya. Bahkan pangung
olah raga pun dihiasi bendera dengan logo kupu-kupu Slank. Modalnya darimana?
Modal dengkul ditambah urunan dari teman-teman, dan sudah pasti kerja keras!” tukas Dibo
mengungkap awal usahanya dalam membidani maraknya merchandise Slank, sembari tertawa
dengan ciri khasnya.
Baik merchandise maupun bendera, kini tak hanya diminati oleh Slankers, tapi lihatlah
pangung band lainya, mereka pun mulai mengunakan bendera dengan logo band-nya
masing-masing.
Siapa yang pernah membayangkan itu di tahun 198? Tahun dimana republik tercinta ini
tengah dilanda krisis moneter, namun lewat usaha kecilnya yang berdiri persis di samping
sungai kecil yang membelah Gang Potlot dengan kediaman Bimbim, Dibo mampu
menghidupkan “intuisi” yang kebanyakan kita tidak mampu melihatnya. Anak muda mana
yang mau merintis usaha dengan modal dengkul dan sedikit uang dari kocek sendiri, disat
semua masyarakat bahkan pemerintah menganjurkan untuk mengetatkan ikat pingang?
Jaman itu gw kagak ngerti apa itu krisis moneter, yang gw tahu jumlah Slanker makin banyak, dan
yang ke Gang Potlot ngak sedikit. Setiap pulang mereka ngak punya kenang-kenangan. Masa sih cuman
tanda-tangan dan foto Slank aja?, mereka butuh merchandise, ” ungkap Dibo, yang kini melebarkan
bisnisnya dalam kegiatan percetakan dengan produksi masal, semisal produksi media promosi
outdor di musim kampanye.
Dari jiwa “sosial” dan kemampuan berpikir “ekonomis”, pengagum almarhum Buya
Hamka (Tokoh pendiri Muhamadiyah), Dibo pun menunjukan sikap “politis”nya, tat kala,
manajer band Dewa mengajaknya bertemu Dhani Ahmad. Ia pun ditawarkan untuk mengelola
fans club band tersebut, namun dengan tegas ia menolaknya.
Gw ngak mau berkepala dua!” tandasnya menegaskan alasan kenapa ia menolak tawaran
bernuansa ekonomis itu?
Dibo pun melupakan tawaran tadi dan terus menekuni usahanya sembari mengentalkan
konsistensinya untuk terus menyuburkan semangat para Slanker Indonesia dan senantiasa
memberi dukungan pada Slank dengan cara yang produktif.
Sikap ini berbuah manis. Usaha merchandise Slank, serupa dengan Dibo, kini bertebaran di
hampir seluruh Indonesia, terakhir sayap bisnis merchandise ini menembusi Irian Jaya dan Timor
Timur. Bahkan, untuk wilayah Bandung dan Makasar, bisnis merchandise tersebut telah
menghidupi segenap angota Slanker. Secara ekonomis, mereka terbilang mandiri. Anak muda
mana yang bisa melakukan itu, tidak tergiur dengan tambahan income? Politisi di Senayan saja
bisa tergoda! Tak heran jika kemudian Slank mengkritisinya lewat lagu ‘Seperti Para Koruptor’.
Sikap sosial, ekonomi dan politik yang dimiliki seorang Dibo, tak sekadar rangkaian katakata manis, usaha dan kerja kerasnya terus mengeliat sampai akhirnya di tahun 206, salah
satu keputusan penting dalam perjalanan hidupnya, sat ia mengusulkan agar para calon
Gubernur DKI Jakarta, memberikan Mobil Jenazah Gratis untuk masyarakat.
Tak digubris? Dibo tak mau berhenti. Ia berjalan dengan perhitunganya sendiri. Hasilnya,
ia kini telah memiliki 5 unit mobil jenazah yang kini dimanfatkan secara gratis oleh
masyarakat Jakarta. Bahkan, sat Ibu Hj. Andi Raden Nurdin, ibunda Abde Slank meningal
dunia, mobil Jenzah Gratis dengan logo ‘Dibo Pis’ digunakan.
Kini ada ada 2 hal penting yang ingin saya sampaikan berkenan dengan nama Firman
Abadi alias Dibo Pis, yang kini ingin mencalonkan dirinya menjadi Angota Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia mewakili daerah pemilihan DKI Jakarta pada Pemliu
209, yakni; basis sosial dan basis ekonomi .
Setidaknya ini pendapat saya, bahwa seorang politisi independen, apalagi yang berasal dari
kalangan partai politik, sebelum memutuskan-menetapkan hatinya untuk menjadi politisi,
maka sebaiknya telah melewati dua tahapan “sosial” dan tahapan “ekonomi”, seperti yang
dimiliki oleh seorang Dibo Pis.
Bagaimana mungkin seseorang ingin disebut politisi sejati , jika secara pribadi
sesunguhnya ia tidak memiliki jiwa “sosial” yang layak dan telah dipraktekan dalam
keseharianya, jauh sebelum ia memutuskan diri menjadi politis?
Apa cukup hanya dengan mengandalkan hubungan sosial semata? Sekadar punya teman
banyak dan luas? Sekadar hanya karena popularitas seperti kalangan selebriti? Tentu saja tidak!
Kepada seorang kawan, caleg baru dari salah satu partai, saya menanyakanya begini,
Apakah anda sat ini memiliki seorang Anak Yatim yang anda biayai sekolahnya hinga ia
bekerja?”
Tidak, saya belum melakukanya,” Jawabnya singkat dan bercampur bingung.
Bagaimana mungkin ia layak menjadi caleg jika mengurus seorang anak yatim saja dia
belum pernah? Bagaimana dia akan mengurus masalah sosial daerah yang diwakilinya?
Apalagi untuk mengurus Rakyat Indonesia? Terbukti, kawan saya itu tidak memiliki jiwa
sosial-ekonomi” yang cukup baik untuk menyiapkan dirinya menjadi politisi sejati? Apa ia
harus menungu duduk di kursi DPR dulu baru kemudian membantu rakyat miskin? Yang
benar saja!
Pada seorang caleg lainya, yang kini tengah bermimpi duduk di “Kursi Senayan”, saya
mengajukan pertanyan lainya. “Apa anda pernah menanam sebatang pohon atau bunga di
halaman rumah anda?” Sembari tertawa ia menjawab, “Ada-ada saja, itu kan urusan ibu saya?”
Saya cukup terkejut dengan jawab sederhana itu. Bagaimana mungkin, kawan saya itu bisa
menjadi politisi yang baik dan bijaksana, jika untuk menanam pohon di halaman rumahnya
saja ia harus meyerahkan pada perempuan yang bernama ibu?Apa mungkin, ia akan bekerja
keras demi kepentingan rakyat Indonesia setelah dia duduk di “Kursi Senayan” yang empuk
itu?
Tentu saja, jawabanya akan lain jika kedua pertanyan tadi saya lemparkan ke Firman
Dibo Pis’ Abadi.
Bang, tak perlu saya cerita, abang sudah liat selama 10 tahun ini apa yang saya usahakan, seperti
apa saya bekerja keras dan bagaimana saya memberi kesempatan kepada anak-anak muda supaya mau
kerja keras agar hidupnya lebih produktif,” ungkap Dibo, sembari tertawa, ciri khasnya.
Ah, Dibo, seorang politisi pun harus rendah hati. Sebab jika tidak, ia akan congkak lalu
kemudian mejadikan kritik dan protes dari rakyat sebagai makian dan tudingan, kemudian
berbalik menjadikan rakyat sebagai musuhnya.
Semoga, sikap “sosial”, “ekonomi” dan “politik” yang dimiliki Firman Abadi sat ini,
menjadi modal dasar bagi upayanya untuk menjadi politisi lewat jalur independen alias jalur
bebas dan mandiri tanpa terikat dengan partai atau golongan apapun, kecuali komitmen pada
rakyat, khususnya penduduk Jakarta, bahwa jika Dibo Pis menjadi angota DPD RI, ia akan
menyisihkan 60% dari penghasilanya untuk kepentingan sosial.
Saya komitmen dengan janji itu dan Insya Alah saya akan membuktikanya!” tegas Firman
Abadi, anak nongkrong Gang Potlot yang siap duduk di kursi Senayan. Dan buku SENATOR
DARI GANG POTLOT, yang ditulis oleh Fury Qonzano ini, akan menjadi semacam bukti
kontrak politik Dibo dengan penduduk Jakarta.
Sepuluh (10) tahun berjuang sendiri, satnya Dibo Pis membutuhkan dukungan dari
masyarakat untuk perjuangan berikutnya yang belum selesai.
KH. DR. TB. ABD RAHMAN
ANWAR, MA.
Sebuah Komentar
Segala puji bagi Alah SWT yang mengatur dan mengendalikan jagad raya beserta isinya.
Semoga taufiq dan hidayah-Nya selalu terlimpah kepada segenap manusia yang menjadi
pilihanya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin dunia dan akhirat, tauladan
umat beriman; Nabi Muhamad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut setianya yang
senantiasa memperjuangkan risalahnya hinga akhir hayat. Pengelompokan status manusia
dalam fenomena kehidupan terbagi dalam empat wacana. 1. Manusia yang dikenal di langit dan
di bumi. 2.Manusia yang dikenal langit tapi tidak dikenal di bumi. 3.Manusia yang dikenal di
bumi tetapi tidak dikenal di langit. 4. Manusia yang tidak dikenal di langit dan sekaligus tidak
dikenal di bumi. (Ibnu Athoilah:Alhikam). Manusia menjadi besar karena dibesarkan dan
manusia menjadi besar dengan sendirinya sesuai kehendak Alah. Terlepas dikenal tidaknya
manusia, besar dan kecilnya manusia, bergantung pada amal sholeh, karya nyata dan azas
manfat yang dirasakan oleh sesama-sejauh mana dapat mengaplikasikan nilai-nilai perjuangan,
pengorbanan dan moralitas sosial yang selama ini terpingirkan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
Buku “Dibo, Senator Dari Gang Potlot� merupakan risalah yang menawarkan kita agar
bisa melihat dan merasakan betapa sebuah bangsa yang sedang sakit membutuhkan diagnosa
dan terapi sosial yang generalistik, militansi kultural yang menyeluruh bukan hanya sekedar
slogan dan simbolistik. Dalam risalah ini, saudara Dibo atau Firman Abadi memaparkan visi
religius, kemanusian, nasionalisme, kepemudan dan gerakan moral yang berorientasi kepada
masa depan bangsa. Buku ini mengalir apa adanya, jernih, jujur, objektif dan tanpa tendensi
subyektifitas dalam semangat reformasi dan nilai-nilai demokrasi. Iklim demokrasi mengajak
setiap warga bangsa memiliki kesempatan yang sama dalam bernegara. Penyikapan
problematika sosial yang terjadi dapat diantisipasi dengan menghilangkan ego masing-masing
personal, kelompok dan golongan dengan mengedepankan semangat kebersaman berbangsa
dan bernegara. Reformasi yang bergulir dan demokrasi yang merangkak dapat terukur oleh
sejauh mana tegaknya pilar-pilar demokrasi yang berjalan sesuai dengan nilai peradaban.
Obyektifitas buku ini dapat diketahui secara kasuistik-normatif pada sat saudara Dibo
menyoroti berbagai insiden dan opini yang berkembang tentang gerakan Front Pembela Islam
FPI) dengan obyektif, akurat dan tajam dalam kerangka analis yang berbasis timbangan hitam
putihnya sebuah gerakan sosial keagaman dan kemanusian.
Firman Abadi adalah representasi kaum muda yang tampil mengusung percepatan
perubahan. Sebagai kaum muda yang ulet, gigih, pekerja keras, peduli sesama, peka dan tajam
dalam merespon gejolak sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Dibo
kemudian menjadi simbol kalangan muda yang sedang berbuat dan bekerja untuk kepentingan
bangsa.
Dibo, Senator Dari Gang Potlot meluncur ke sudut-sudut Jakarta yang diliputi gersangnya
nurani, himpitan kesulitan dan krisis multidimensi. Berontak dalam selubung kedok kepalsuan
dan kemunafikan para pemimpin dalam bias bangsa yang tidak terarah.
Dari Senator Gang Potlot, Senator Slankers, Senator Jalanan ke Senator Jakarta bahkan Senator
puncak; Indonesia. Semua kiprahnya merupakan bagian pengabdian sebagai anak bangsa. Ya!
Saya katakan Senator Jakarta, yang tak pernah tidur dan tidak pernah terlupakan. Jakarta
membutuhkan revolusioner sejati yang terikat oleh satunya kata dan perbuatan. Dapat mewakili
masyarakatnya berproses secara tepat guna, tanguh, kokoh, peka, peduli, perjuangan nyata
dengan program berbasis kemanusian, agama dan bangsa.
Berjuang itu tidak mudah sebagaimana membalikan telapak tangan. Tidak mudah
menyapu sampah di tengah jalan. Perjuangan membutuhkan pengorbanan dalam segala aspek
dan yang terpenting adalah ketulusan dan keikhlasan untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam bingkai iman dan takwa. Itulah yang dimiliki Dibo menapak terjalnya medan juang.
Untuk memotivasi kaum muda, maka saya memandang perlu untuk mengutip untaian syair
Imam Syafiâ€Ȓie yang berbunyi; “Cita-citaku adalah cita-cita Raja. Jiwaku adalah jiwa orang merdeka.
Hidup nista adalah pengkafiran.�
Akhirnya, Alah saja yang menjadi masa depan kita. Segengam harap berada di tangan
kita. Selamat membaca dan selamat berjuang. Semoga buku ini membawa manfat.
UST. FAIQ ABD RAHMAN MZ
BINAMA FOUNDATION
Sebuah Komentar
Bismilahirahmanirahim
Segala puji hanya milik Alah yang senantiasa memberi kita karunia-Nya berupa iman dan
Islam. Iman itulah yang terbaik dari segala karunia yang kita nikmati selama hidup di dunia.
Iman yang baik sudah pasti akan berbuah pada sikap dan perilaku yang baik pula terhadap
individu dan masyarakat secara umum.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhanya, Jakarta-dengan segala permasalahan
yang muncul- membutuhkan bukan saja seorang pribadi dengan kemampuan kepemimpinan
di bidang politik yang handal tetapi diperlukan juga kepemimpinan visioner individu dalam
konteks uluhiyah. Konteks vertikal inilah yang nantinya akan menjadi dasar kebijakan
kepemimpinanya di kota yang dibaratkan orang seperti gunung emas yang penuh daya tarik
bagi masyarakat Indonesia. Kota “magnit� yang plural dengan nilai heterogen baik dari sudut
ekonomi, politik, sosial dan budaya ini hanya dapat diatasi oleh kepemimpinan yang tidak
didasari oleh kepandaian politik semata.
Sisi pluralitas Jakarta dengan berbagai kepentingan sosial yang terjadi di dalamnya,
meningalkan sisi kepedihan yang sangat menusuk mata. Permasalahan sosial mulai dari
penganguran, kemiskinan dan kerawanan sosial lainya menjadi rentetan peristiwa yang
lazim di tengah kita. Kondisi ini memerlukan penanganan efektif yang tidak hanya didapat dan
mengandalkan keterampilan berpolitik belaka.
Jakarta sebagai
kota metropolitan dengan kultur masyarakatnya yang berbeda,
memerlukan pengayom dengan kepemimpinan yang lebih menitikberatkan pada sosio kultural
tanpa meningalkan pendekatan politis. Bijak dalam mengemban misi kepemimpinanya
sehinga tidak menimbulkan ekses di masyarakat yang plural. Jakarta menjadi kota
internasional dan karena itu membutuhkan pribadi dengan kepemimpinan universal bukan atas
nama suku dan nasionalisme sempit lainya.
Buku Dibo, Senator Dari Gang Potlot ini merupakan sebuah element penting yang kiranya
mampu menghadirkan harapan-harapan itu. Dibo dan Slankers sebagai tokoh muda -yang
dijabarkan Penulis- sedang mengarah kepada semangat kepemimpinan universal yang menguat.
Ini terbukti dengan aktivitas positif mereka di tengah kegalauan masyarakat yang terhimpit
oleh ragam kesulitan. Aktivitas yang digalang bersama Slankers ini sudah barang tentu sangat
membantu masyarakat yang membutuhkan ketersedian fasilitas dalam urusan dan problema
sosial yang tidak dapat ditangani secara individual dan politis belaka. Peran kemanusian
dalam konteks ini jauh lebih tepat dan wajar.
Selaku pribadi, kami belum tahu betul dengan sosok Firman Abadi yang lebih dikenal
dengan pangilan Dibo Pis ini. Tetapi sepak terjang anak muda - yang sekaligus ketua
Slankers- di bidang sosial ini, sudah kami dengar sebelumnya. Oleh karena itulah, menjadi
sebuah kebangan tersendiri ketika Penulis meminta kami membuat pengantar untuk buku
yang Anda baca sekarang ini.
Harapan kami semoga Dibo dengan Slankers mampu menjadi triger dan motivasi bagi
pemuda lain untuk berlomba dalam kebaikan. Jakarta sebagai ibukota negara, sepatutnya
banyak melahirkan pemuda kreatif yang tidak saja berdaya-guna bagi keluarga dan lingkungan
terdekatnya tetapi juga bagi masyarakat yang lebih luas.
Jakarta membutuhkan pemimpin yang bekerja bukan atas nama pamrih dan fasilitas
tertentu. Jakarta membutuhkan pemuda terampil dengan kreatifitas yang mampu menjadi daya
dobrak dan perubahan yang lebih berguna bagi masyarakat tanpa melihat kepentingan dan
kelompok. Dibo patut diacungkan jempol. Go Forward !
JERY DUANE GRAY
PENULIS BERKEBANGSAN JERMAN
Sebuah Komentar
Before I read this bok I never knew who Dibo was. I stil do not know him personaly, but
after reading Furqon Bunyamin Husein profile on him he is a man I’d like to know beter.
In this cruel world that we live in people have a tendancy to think about themselves more
than others, let alone place others neds in front their own. Many people who run for public
ofice have a tendancy to deceive the people as to why they realy want to come into ofice.
They betray the people’s trust and even their own countries. When a god hearted, honest
person comes into view the public does not trust him. Even worse, media from the west,
especialy capitalist countries like the United States, try to influence the peoples thinking by
spreading lies and rumors about him. Capitalist countries like the United States only care about
themselves and their interests abroad; for example exploiting Indonesia of their natural
resources.
These outside western influences try to corupt and decieve our politicians. Through the
media they are able to influence our citizens points of view regarding these citizens. As a result
many of the persons that do eventualy come into power are not who the people thought they
realy were. You can se this example very clearly in the Mid-East. Most of the leaders there
Especialy the King of Saudi Arabia) are pupets for the United States of America to
manipulate as they se fit. They don’t care about their own people only their own personal
interests.
When I read this bok I was loking at it from a global and religious perspective. Loking
at it from the Islamic view I could clearly se the fight betwen god and evil. It is easy for an
evil man like George Walker Bush to come into power. Satan helps him in any way posible to
make his path into power quick and smoth.
Here in Jakarta Indonesia is a man caled Dibo. Satan is making it very dificult for him to
come into power and help the people of Jakarta. This is a strong indicator that he is a man with
a god heart. I would not have even have heard his name if it wasn’t for the eforts of the author
of this bok. Whether he is realy god or bad only Alah knows what is in his heart, but what I
am able to se and the opinions that I have come up with are al based on this author’s
comitment and enthusiasm to expose a man who cares about others more than himself.
Fury Qonzano is my friend and I know him as god muslim dedicating much of his work
in this world for the pleasure of Alah. May Alah be pleased with him! A man whom cares
about others and is even wiling to give up his entire salary to help others is a rare quality and a
much neded aset for this world of chaos and uncertainty. The children of Jakarta and
Indonesia have the right given to them by Alah to be able to pursue their dreams of god
intentions, fod to eat, a proper education, and the medical services that we al require as
human beings living on this planet.
The children of Indonesia are the future of Indonesia. They must be helped and suported
in any god way posible to build and secure Indonesia into a country that can stand on its own
fet, a country where the people are proud to cal themselves Indonesians. Unfortunately these
children are being poisoned by bad western non Islamic values. Thus today you can se an
increase in drug adictions, fre sex, aids, disrespect towards elders, increasing selfishnes,
depresion, los of fighting spirit and nationalism amongst the younger generations in
Indonesia.
The mesage that I se being delivered in this bok is very clear. Help the children of
Indonesia! Help Indonesia to become and beter, more respectful country while maintain god
and pure Islamic values. It is these Islamic values that wil, by Alah’s wil, save Indonesia.
What ever hapens is most certainly by Alah’s wil. We must do our part, make our eforts as
best as we can and then leave it al up to Alah. There are many blesings available for us al
here in Indonesia. Don’t you want to be forgiven for your sins and be alowed entry into
Paradise? Then help Indonesia, resist and avoid the poisons from outside countries and make
Indonesia an example for other countries throughout this world to folow.
May Alah Guide Us Al To The Real Truth!
Jery D. Gray
PENGANTAR PENERBIT
DIBO
Senator dari Gang Potlot adalah sebuah buku yang bukan saja berisi motivasi
bagi Slankers, lebih dari itu-buku ini menjadi sebuah inspirasi bagi rakyat Indonesia bahwa
kaum muda juga punya kans dan kemampuan yang layak untuk sebuah kepemimpinan baik di
kancah daerah maupun nasional.
Secara tidak langsung, buku ini juga menjadi saksi menguatnya organisasi Slankers di
kancah politik dengan
aktivitas dan aksi sosial yang mereka lakukan dalam bentuk layanan
dan bantuan ril terhadap masyarakat Jabodetabek. Slankers dengan seluruh dimensi sosial yang
dilaluinya adalah sebuah metamorfosis dari masyarakat biasa (ordinary) menjadi masyarakat
baru yang terlahir demi memperbaiki reformasi yang telah kehabisan tenaga. Hadirnya
metamorfosis ini menjadi sebuah komunitas baru tentu tidak bisa diangap remeh dan dipandang
sebelah mata. Perjalanan apapun yang kelak dilalui dalam proses tumbuh kembang organisasi
ini, akan menjadi sebuah input berharga untuk lebih dewasa dan bijak dalam menentukan sikap
politik mereka ke depan.
Beberapa point of view yang tersaji dalam buku ini mengunakan aksen yang lugas dengan
gaya bahasa anak muda yang enak dibaca. Episode sebagai istilah yang gunakan dalam buku ini
menjadi gaya bahasa tersendiri sehinga pembaca - lebih khusus anak muda - tidak merasa
berada dalam lingkungan akademis. Tutur kata yang dipakai dalam buku ini sangat wajar
tanpa menghilangkan bobot dan kualitas kandungan yang hendak disampaikan kepada
pembaca; tidak mengurui - sehinga muncul ego dan statement, akulah yang paling hebat.
Walau memiliki bobot yang cukup berat, buku ini tetap menjadi ringan dengan layout yang
memberi ruang kosong dengan kutipan kata yang merupakan inti paparan yang berada di
sebelah kanan halaman buku ini.
Buku yang berada di tangan Anda ini dibagi menjadi empat episode; diawali dengan
paparan tentang sketsa Indonesia kini dengan beberapa faktor yang menjadi penyebab
keterpurukanya di episode satu. Episode dua menampilkan bagaimana semestinya pemuda
menghadapi kondisi yang dipaparkan pada episode satu. Pada episode ini, Penulis mengambil
Dibo sebagai tokoh yang patut dijadikan teladan karena telah melakukan yang terbaik bagi
masyarakat tanpa mengejar penghargan (karena memang petingi-petingi kita kurang
memberi perhatian).
Pada episode tiga disajikan beberapa alur cerita secara runtut tentang tokoh Dibo mulai dari
ketertarikan beliau dengan politik, perjalanan Penulis mengenal beliau, pandangan –
pandanganya mengenai hal kekinian, masa kecil hinga beliau berkeluarga. Semua yang
tersaji ini menjadi kisah perjalanan yang menarik dan patut diteladani oleh kaum muda
kebanyakan yang masih limbung tentang jati diri dan eksistensinya di masyarakat. Episode inilah
yang paling banyak memberi motivasi kepada kaum muda untuk tidak berdiam diri dengan
keterbatasan dan rintangan. Dibo Pis dan Relawan Slankers menjadi sebuah parameter anak
muda untuk berkarya dengan bukti dan kepedulian terhadap keterpurukan yang melanda
Indonesia.
Semoga buku ini menjadi energi bagi gerakan kaum muda melangkah dan membenahi apa
yang seharusnya diperbaiki. Pada sisi dan halaman kiri buku ini terdapat kalimat-kalimat yang
menjadi tekanan informatif terhadap penjabaran isi di halaman sebelah kanan dan sekaligus
sebagai motivasi yang tentu saja sangat pas buat masyarakat khususnya kalangan muda
sehinga tidak terjebak oleh kondisi keputus-asan akibat bencana dan krisis ekonomi global
yang menimpa Indonesia.
PENGANTAR PENULIS
Gagasan penulisan buku “Dibo, Senator Dari Gang Potlot” ini berawal dari keinginan Penulis
untuk mendukung sebuah aktivitas positif yang dilakoni anak muda - yang selama ini – secara
sosio kultural – dipandang sepi dan miris oleh kebanyakan orang. Sering kali publik hanya
melihat dan menilai “penampilan” anak muda dari sudut lahiriah semata – sehinga mereka
ragu untuk memberi ruang yang lebih luas agar kreativitas anak muda tampil dengan visi dan
misi mereka. Pada batas ini maka terjadilah “Penjara” sosial yang mengurung mereka pada
kotak” tertentu dengan kebebasan dan keluasan gerak yang terbatas. Anak muda dituntut
produktif dan berdayaguna bagi masyarakat luas – tetapi – di sisi lain, publik tidak memberi
kesempatan buat mereka. Bahkan banyak tradisi berpikir publik yang secara tidak sadar justru
telah memenjara produktivitas anak muda.
Melihat dan mengamati sepak terjang Dibo Pis yang berakar pada tradisi Slankers,
rasanya teramat sayang untuk diabaikan. Harus ada individu atau komunitas lain yang
mensuport peran mereka di masyarakat sehinga melahirkan kreativitas yang lebih produktif
baik di pangung politik, ekonomi, sosial dan budaya. Memberi mereka kepercayan saja
sudah merupakan dukungan yang sangat berarti, apa lagi – ikut serta secara aktif. Kepercayan
tanpa prasangka adalah modal bagi anak muda sebagai bahan bakar untuk merajut masa depan
yang akan dibangunya.
Namun demikian, kita tidak menafikan bahwa ada gerakan pemuda yang hanya mencari
popularitas sempit baik di level lokal maupun nasional. Gerakan mereka tak lebih merupakan
perpanjangan tangan elit politik tertentu. Etika politik dan kebijakan yang lahir oleh gerakan
pemuda semacam ini tidak boleh menyimpang dari aturan main (Role of the Game) yang telah
digariskan oleh para pendiri sebelumnya. Ada rambu-rambu tertentu yang secara tidak sadar
membatasi ruang gerak mereka. Kebebasan “terpimpin” telah menempatkan pemuda pada
posisi stagnan. Apa yang dilakukan harus sesuai dengan kebijakan dan keinginan para pendiri
yang sekaligus membiayai seluruh aktivitas organisasi. Sekali lagi kita tidak menafikan kalau
ini pernah terjadi dalam peta politik kepemudan di tanah air. Namun, di era reformasi ini,
berangkat dari sebuah keberanian individu, Dibo Pis bersama Relawan Slankers merangkai
langkah menuju kancah politik tanpa harus “terpimpin” dengan dan atau oleh kepentingan elit
atau partai. Sepak terjang Dibo sebagai representasi kaum muda di pangung politik dengan
kereta Slankers itu menjadi daya tarik masyarakat dan pers. Pengalaman masa lalu, di mana
pemuda diberi kebebasan semu, menurutnya tidak lagi pas untuk era 208 ini. Atas dasar
pemikiran itulah Dibo Pis melalui dukungan Slankers di DKI dengan gerbong independen
menuju Senayan.
Buku yang Anda baca mengunakan kata episode sebagai penganti bab agar lebih ringan
dibaca. Karena buku ini bukan buku akademis. Pada episode satu buku ini memaparkan sebuah
kondisi Indonesia yang begitu carut marut dengan tatanan politik, ekonomi, sosial dan budaya
yang rapuh sehinga rentan terhadap kemungkinan munculnya keretakan dalam tubuh
Republik yang telah berusia 63 tahun ini. Kehidupan sosial yang begitu individualis hanya
dihias oleh kerakusan para politisi menengak uang hasil korupsi. Tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang amburadul ini telah menimbulkan ekses di masyarakat.
Ketika para incumbent hanya memikirkan kepentingan pribadi maka permasalahan publik
yang menyangkut hidup orang banyak terkesampingkan. Lapangan kerja tidak mampu
menyerap tenaga siap pakai sehinga terjadilah bencana dengan penganguran yang terus
meningkat dan berdampak pada kemiskinan yang luar biasa.Tak cukup halaman untuk
memaparkan hal ini. Namun Penulis yakin bahwa akan lahir pemuda yang peduli dengan
kondisi Indonesia dengan segala keterpurukan yang terjadi ini. Dibo menjadi sosok yang telah
lama menjadi harapan bukan saja oleh Penulis tetapi juga oleh hampir kebanyakan masyarakat
pada umumnya. Walau peta kepedulian itu belum merangkul nusantara, namun dengan modal
kemurnian hati serta keikhlasan ia mulai dengan kerja kecil tapi nyata; membela kaum lemah
untuk warga DKI dengan layanan ambulan gratis.
Banyak hal menarik dalam sepak terjang Relawan Slankers yang dikomandani oleh Firman
Abadi ini. Hal menarik itu tak luput dari latar belakang individu, sosial dan cita-cita yang akan
dipersembahkan bagi masyarakat Jakarta. Maka hadirnya buku ini menjadi penting bagi
pemuda yang terus mencari jalan untuk sebuah mimpi yang hendak dibangun dan sebagai
motivasi untuk tetap berbuat walau dalam kondisi sulit sekalipun.
Terlepas dari maksud merendah diri, masukan pembaca menjadi signifikan bagi perbaikan
pada penulisan berikut. Untuk itu, koreksi dan pelurusan terhadap tulisan ini terbuka untuk
dikomentari.
Kirim
masukan
Anda
ke:
w.dibopis.com
atau
ke
tamanbaca.delima@gmail.com;
PENGANTAR
Prof. DR. M. AMIEN RAIS
Mantan Ketua MPR RI
Ketika saya masih menjadi Ketua MPR RI (19-204), seorang tokoh olahraga kita
bertanya, “Mengapa kelompok olahragawan tidak mempunyai wakil di dalam Fraksi Utusan
Daerah dan Golongan?�. Saya sendiri tidak dapat menjawab dengan memuaskan. Andai kata
ada yang menanyakan mengapa kelompok musisi juga tidak memiliki wakil, saya pun tidak
dapat menjawab. Mengapa, karena pengertian utusan golongan waktu itu tidak mencakup
kelompok-kelompok penting dan konkrit dalam masyarakat seperti para olahragawan dan para
musisi. Namun Alhamdulilah, bangsa kita terus bergerak menuju demokrasi yang lebih adil,
lebih proporsional dan realistis dalam merefleksikan kekuatan dan elemen-elemen ril dalam
masyarakat. Kini MPR terdiri dari dua lembaga tingi, yaitu DPR dan DPD. Oleh banyak
kalangan, DPD bakal menjadi semacam senat seperti di Amerika Serikat. Tidak salah kalau
nantinya angota DPD menjadi senator Indonesia.
Karena itu saya mendukung cita-cita Firman Abadi atau Dibo mengikuti pertarungan
politik lewat pemilu 209 menuju DPD. Jaringan pendukung Slank atau kaum Slankers akan
menjadi lumbung suara yang cukup signifikan. Dibo mewakili anak-anak muda bangsa yang
ingin melihat perubahan yang segar dan egaliter. saya melihat kelompok musisi SLANK punya
cita-cita dan keberanian melakukan kritik dan koreksi pada kemapanan.
Selamat berjuang Mas Dibo, diskusikan langkah-langkah ke depan dengan sesama angota
Slank dan jangan lupa dengarkan nasihat ibu Ifet. Semoga sukses.
PENGANTAR
Bunda Ifet Sidharta,
Manager Slank
Bismilahi Al-Rohman Al-Rohim,
Semua kesuksesn perlu perjuangan. Pastinya juga kamu dapatkan. Dibo, itu adalah
perjuanganmu. Tapi setelah kamu mendapatkan semua yang kamu cita-citakan, kamu harus
tetap sadar bahwa perjuanganmu demi bangsa dan negara. Jangan mengumbar janji-janji.
Bangsamu menungu janji.
UCAPAN ERIMA KASIH
Karena Alah semata buku ini akhirnya selesai ditulis dan sampai di tangan pembaca.
Penulisan buku ini sudah barang tentu melibatkan peran, bantuan dan masukan dari orang
lain di luar Penulis sendiri. Oleh karena itu patut kiranya Penulis mengucakan terima kasih
kepada rekan Bahrudin yang setia menemani Penulis dalam seluruh proses penulisan mulai
wawancara, editing tulisan yang masih salah letak, hinga layout. Begitu juga kepada rekan
prof reader Ibu Nini Johan yang telah menyediakan waktu di tengah kesibukanya -membaca
tulisan ini demi kesempurnan sebuah buku.
Tak kalah pentingnya ucapan terima kasih juga mengalir untuk Bapak Hasan M.Soedjono,
MBA, Direktur PRESIDEN UNIVERSITY kini aktif sebagai konsultan bisnis yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukanya untuk mengoreksi dan memperbaiki kata dan
kalimat dalam tulisan ini dengan endorsement yang sangat berkualitas. Begitu pula kepada
Bapak. DR. Arie Moduto, Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia yang
sempat Penulis gangu waktu metingnya untuk sekedar bertemu. Semoga endorsement yang
bapak berikan di tengah kesibukan, letih dan sakit membawa keberkahan tersendiri untuk
keluarga besar yang ikut berpartisipasi.Terima kasih juga kepada ibu Ken, asisten bapak Arie di
LPI Kemang yang telah bersedia menyampaikan naskah ini untuk ayahanda yang wajahnya
kerap muncul di benak Penulis. Kepada bapak Jery Duane Gray, rekan seperjuangan yang terus
tergangu waktu menulisnya untuk membaca dan memberi pengantar pada buku yang ada di
hadapan pembaca. Kepada rekan saya dari Jerman ini, saya ucapkan terima kasih banyak
semoga buku yang sedang Anda tulis sukses dan diminati pembaca yang telah menungu.
Tak lupa kepada isteriku, Umi Hana yang setia merelakan waktunya untuk menyediakan
logistik sat penulisan ini, sementara pekerjan rumah tanga saja sudah begitu melelahkan.
Juga tak lupa kepada anaku, Khansa Himatul Hana dan Abdul Aziz Azam Al-Jundi yang
menyisihkan waktu istirahatnya untuk mengetik naskah buku ini. Kepada anak terbungsu,
Dela Moris Lola Hamase yang membantu umi menyiapkan keperluan-keperluan Abi sat
penulisan buku Dibo, Senator Dari Gang Potlot ini. Semoga apa yang kalian lihat menjadi sebuah
pembelajaran.
Secara khusus ucapan terima kasih ini Penulis tujukan kepada Bunda Ifet yang telah
menanamkan sebuah motivasi kepada anak muda untuk berani tampil sebagai pemimpin. Dibo
dengan seluruh kehebatanya sekarang adalah sebuah karya Bunda dengan “kepercayan�
yang diberikan kepadanya. Peran seorang ibu dengan kesabaran, motivasi dan kepercayan
penuh kepada pemuda akan membawa pengaruh positif bagi kepemimpinanya ke depan.
Betapa indahnya negeri ini bila lahir para ibu dengan kebesaran jiwa seperti yang telah
dipraktikan oleh Bunda Ifet. Penulis atas nama pemuda yang hari ini, 28 Oktober 208 genap
80 tahun memperingati hari sumpahnya, mengucapkan terima kasih kepada Bunda.
Begitupun kepada Bimbim, Kaka Ivanka, Ridho dan Abde yang terus produktif dengan
lagu-lagu dan syairnya yang kritis dan membangun. Hubungan baik yang selama ini terjalin
dengan Dibo Pis dan Slankers juga menjadi ruh dan semangat untuk pemuda berkecimpung di
medan yang penuh perjuangan ini. Tak lupa juga Penulis ucapkan terima kasih kepada abang
Budy Ace yang telah menulis untuk gerbang buku ini. Untuk rekan jurnalis dari Media
Indonesia, Trans 7, RI, RCTI, Nonstop Metropolitan, Fajar Metro, Warta Kota, Indonesia
Monitor, Progresif, Suara Publik, Sinar Pagi dan Warta Nasional yang telah ikut aktif
memerankan fungsi jurnalisme dan pers-nya terhadap sang tokoh yang ada dalam tulisan ini,
kami ucapkan terima kasih tak terhinga. Hubungan moril dan motivasi yang telah Anda
sumbangkan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan tentu menjadi sebuah pembekalan yang
sangat berharga bagi Penulis dan lebih khusus Relawan Dibo Pis dan Slankers. Semoga ini
menjadi catatan yang terus hidup sehinga melahirkan pemuda yang kapabel, terampil dan
ungul di tengah masyarakat yang sedang menghadapi berbagai musibah.
EPISODE 1
SKETSA INDONESIA
enduduk Indonesia kini hampir mendekati 230 juta lebih.
Jumlah penduduk yang sangat fantastis dengan luas wilayah
28.490 km2. Bandingkan dengan Singapura yang hanya
menempati areal kota dengan luas wilayah 583 km2. Dengan kota
Jakarta saja, luas wilayah Singapura jauh lebih kecil. Dari segi
wilayah, luas Indonesia 28.0 km2 lebih besar dibanding Negara
kota itu. Lantas mengapa luas wilayah dan jumlah penduduk
Indonesia yang jauh lebih besar itu tidak memberi sedikitpun manfat dan kesejahteran?
Sementara Singapura yang jauh lebih kecil mampu berbuat banyak bagi penduduk dan
memberikan kesejahteran di semua sektor? Padahal kepala mereka sama besar dengan kepala
kita. Negeri mereka pun tidak jauh dari wilayah geografis yang kita diami. Ada apa di balik ini
semua? Bila masyarakat - kaum muda khususnya berdiam diri dan tidak berbenah lalu
berusaha melakukan perubahan, maka keterpurukan Indonesia hanya masalah menungu
waktu. Ada beberapa faktor penting yang menjadi biang keladi terpuruknya Indonesia.
P
Aktualisasi Agama yang Tidak Kafah
Agama menjadi indikator penting dalam melihat Indonesia ke depan. Dengan agama
sajalah bangsa ini dapat keluar dari krisis dan keterpurukan. Perilaku agama dan
manifestasinya harus menjunjung tingi nilai-nilai universal sehinga totalitas itu
memungkinkan masuknya Islam dalam seluruh dimensi kehidupan bangsa Indonesia.
Terimalah agama dalam konsep, perundangan dan perilaku secara kafah. Bukan agama sebatas
pengakuan di bibir saja. Lemahnya praktik agama dalam konteks ini menjadi salah satu faktor
keterpurukan bangsa Indonesia masa lalu, kini bahkan yang akan datang. Agama hanya
dipahami sebatas “Teras” dan itupun hanya untuk keperluan administrasi saja. Aplikasi agama
menjadi abangan dengan segala bentuk aplikasinya.
Mungkin inilah yang dimaksud Sukarno dengan Islam sontoloyo, yang mengambil sisi
budaya dan filsafah sebagai referensi amaliahnya. Memang benar, bila budaya asli Indonesia
dijadikan rujukan utama dalam mengaplikasi nilai agama, yang terjadi adalah seperti yang
ditulis oleh Sukarno dalam bukunya “Dibawah Bendera Revolusi” setebal 61 halaman itu.
Dalam hal ini kita setuju dengan premis beliau namun bukan berarti menerima sepenuhnya.
Islam di Indonesia memang sangat “hebat”. Bayangkan saja, setiap tahun tidak kurang
dari 20 ribu orang muslim melaksanakan haji. Tetapi pelaksanan ibadah yang sangat sarat
dengan pendekatan diri, pengorbanan dan penghamban kepada Alah SWT itu, tidak
memberi imbas positif di masyarakat.
Lalu bagaimana aplikasi nilai-nilai agama di bidang politik? Kehidupan religius telah
dibumihanguskan oleh kepentingan duniawi. Partai-partai “Bernuansa Islam” masih malumalu mengatakan kebenaran di tengah publik yang sekular. Mereka takut dibilang fundamentalis
dan tidak demokratis. Takut dibilang anti keanekaragaman dan lain sebagainya. Suara
kebenaran kering kerontang. Politisi muslim terpenjara oleh ide cemerlang yang terbentang di
awang-awang. Berapa banyak partai Islam yang tumbuh di negeri ini namun tidak berani unjuk
gigi alias kenyi. Kalau kita tanyakan mengapa hal ini terjadi, maka munculah apologi untuk
sebuah pembenaran dengan seribu alasan politis.
Kalau output Islam yang kita dapati semacam ini, lantas di manakah letak kesalahanya?
Al-Qur’an atau umat Islamnya yang keliru? Ketika kebenaran Islam dikebiri oleh kepentingan
politik, maka lahirlah politisi kelas teri yang tidak lagi peduli. Kaum muslim yang berangkat ke
ladang untuk mengarap sawah kini terpusatkan seluruh potensi pikiranya pada “sekor
belut” yang dijumpainya. Maka sekedar mengingatkan apa yang ditulis oleh DR. Surahman
Hidayat bahwa siyasatud da’wah tidak boleh bergeser menjadi da’wah siyasiyah. Spirit siyasatud
da’wah adalah mementingkan kemenangan bagi da’wah meskipun harus mengorbankan
peluang meraih posisi formal. Sedang spirit siyasiyah memobilisasi segenap potensi da’wah dan
mengatasnamakan da’wah untuk memenangkan posisi formal. Dalam hal ini, kisah pencalonan
Syeikh Hasan Albana sebagai calon angota legislatif pusat di salah satu distrik Mesir, patut
diteladani. Karena tekanan Ingris yang tidak menghendaki kemenanganya, beliau rela
mundur demi da’wah yang diusungnya.
Bila adab gerakan politik Islam tanah air masih plintat-plintut maka partai Islam tidak akan
mencapai hasil ideal seperti yang pernah dicapai Rasululah dulu. Apalagi bila dibumbui oleh
amaliah yang tidak memiliki tuntunan dan kebenaran ilahiyah. Prinsip da’wah adalah
menyampaikan kebenaran walau pahit rasanya. Bukan berleha-leha dan berlibur intelektual
dengan pengetahuan luas tentang politik dan ajaran Islam tanpa amaliah praktis! Atau istirahat
sejenak seperti Ka’ab bin Malik.
Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha adalah representasi nilai moral yang berbasis
pada kebaikan tetapi sepi dalam pembentukan kebaikan universal.Pengajaran agama begitu
banyak; buku-buku agama tersebar di mana saja. Peringatan keagaman ketiga agama ini tidak
membuahkan hasil yang mampu mensejahterakan bangsa secara menyeluruh. Masjid, Gereja,
Kuil dan Candi menjadi bangunan mewah dan agung tanpa pencerahan bagi penganutnya.
Peringatan-peringatan keagaman yang dilaksanakan tersebut tidak sedikitpun membawa
dampak positif bagi pribadi penganutnya. Peringatan hanya menjadi upacara seremonial yang
tidak sedikit memakan biaya. Mengapa tak terpikirkan oleh umat dan bangsa ini upaya
membangun ketahanan ekonomi yang mampu memberikan jalan keluar kepada rakyat? Krisis
multidimensi yang terjadi di negeri ini sepatutnya menjadi cambuk bagi elit dan pemuka agama
untuk mengevaluasi kebijakan secara radikal terhadap nilai-nilai agama, politik dan sistem
ekonomi yang selama ini dipakai sebagai acuan.
Hilangnya Nurani
Pola pikir bangsa di bidang politik masih sangat lemah. Politik praktis yang dilakoni
berlangsung tanpa moral dan etika yang kuat. Politik masih menjadi sebuah tempat yang teduh
untuk sebuah kenikmatan dan menjadi sarana memperkaya diri. Hal ini dapat dilihat dengan
munculnya mentalitas pejabat tidak bermoral. Para politikus di lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif tidak lagi memiliki nurani dalam menjalankan konstitusi. Reformasi yang diemban
tidak memiliki orientasi dan visi sehinga perubahan tidak mencapai sasaran. Reformasi
memberi banyak alamat tapi tidak memiliki identitas. Reformasi hanya sebuah konsep yang
didorong oleh gairah dan aksi bukan berdasarkan nurani yang sesunguhnya.
Semangat perubahan yang diusung reformasi hanya semangat tanpa dikemas visi dan misi,
sehinga bermuara di persimpangan jalan yang justeru membingungkan rakyat. Dari
pengalaman sejarah inilah kemudian kita sadar bahwa merasa baik saja belum cukup untuk
melakukan perubahan. Untuk merealisasikan perubahan sesuai dengan blue print yang tertera
dalam konsep reformasi tersebut, dibutuhkan kemampuan prima, kredibilitas tingi dan
perencanan matang serta visi ke depan. Gordon Dryden dalam bukunya “The Learning
Revolution� mengatakan bahwa jika Anda memiliki gairah dan aksi tetapi tanpa visi maka Anda
akan sampai di tempat yang keliru.
Reformasi tanpa visi hanya menghasilkan peluang lebih banyak bagi para politisi
melakukan tindak korupsi. Belum pernah terjadi sebelumnya, sederet angota DPR masuk bui
disebabkan sifat rakus terhadap materi. Tidak pernah terjadi di sepanjang sejarah sosial politik
sebuah bangsa, di mana tindak korupsi dilakukan secara berjamaâ€Ȓah. Ironisnya hal ini justru
terjadi di era reformasi. Mengapa? Inilah sikap dan cara berpikir wakil rakyat dan elit politik
yang tidak memiliki empathi terhadap kondisi, terutama rakyat tidak mampu yang telah
mendukung dan mengusung mereka menuju kursi kepemimpinan. Mereka sibuk dengan
urusan dan kepentingan personal sehinga lupa dengan konstituen yang telah menyematkan
simpathi dan harapan. Hati nurani itu telah tengelam bersama kesibukan memperkaya diri.
Janji yang pernah terlontar sat mereka kampanye untuk meningkatkan kesejahteran
ekonomi rakyat bak debu tersiram hujan. Kampanye hanya tingal cerita masa lalu. Tidak
sedikitpun bukti yang tersisa untuk diwujudkan sat mereka tiba di sebuah kursi dan jabatan.
Rakyat tidak mampu memahami budaya pikir politisi yang telah terkebiri oleh (vested interest)
kepentingan pribadi. Bagi mereka, jabatan bukan lagi sebagai amanah yang mesti ditunaikan
tetapi merupakan dendam yang harus “terbayarkan�.
Lemahnya Tatanan Sosial dan Hukum
Keterpurukan Indonesia disebabkan pula oleh lemahnya tatanan dan aplikasi hukum.
Masyarakat menilai bahwa penerapan hukum oleh pemerintah masih pandang bulu. Kejahatan
kerah putih dengan korupsi milyaran bahkan triliunan rupiah tidak mendapatkan sanksi
hukum yang berdampak efek jera. Bahkan dengan mudahnya kasus-kasus ini menguap dan
dipetieskan. Peradilan berjalan semu (Pseudo Law). Pemberantasan korupsi berjalan setengah
hati. Masih ingatkah anda dengan Edy Tansil? 1,3 triliun uang Negara digondol begitu saja
tanpa upaya penangkapan terhadap pelakunya padahal interpol tersebar di seluruh penjuru
dunia. Apa lagi KPK kini sudah punya kaki tangan baru yang bernama FBI, Federal Beaurau
Investigation. Rasanya semakin mudah pekerjan untuk menangkap pelaku korupsi yang
melarikan diri ke luar negeri. Benarkah demikian realitanya?
Penjahat negara ini dengan bebasnya menghirup udara segar di luar negeri. Kasus hukum
yang diambil pemerintah kemudian tidak terdengar lagi sejak 193 itu. Kasus ini telah
berlangsung hampir 15 tahun dan tidak seorangpun pejabat peradilan yang mampu
mengungkapnya. Edy Tansil melanglang buana dengan uang hasil korupsi. Gelombang
korupsi terjadi mulai dari Sabang hinga Merauke. Korupsi telah mendarah-daging dalam
kehidupan hampir di seluruh lapisan pejabat. Kegiatan ekonomi sesat ini telah dilegalisir oleh
mekanisme pengambilan keputusan di DPR/DPRD yang sejatinya menjadi lembaga yang
memiliki fungsi pengawasan terhadap pemberdayan dana APBD. Menurut laporan Indonesian
Coruption Watch (ICW), sepanjang tahun 204 saja terjadi 102 kasus korupsi terhadap APBD.
Dari seratus lebih kasus korupsi APBD itu, sebagian sedang diproses di pengadilan dan
beberapa sudah diputus oleh vonis pengadilan. Ini baru beberapa contoh yang dibeberkan ICW.
Lain lagi dengan data yang dilansir Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK). Selama
periode 19-204, terjadi korupsi APBD di 18 daerah di Indonesia. Hampir semua kasus
korupsi dana APBD tersebut dilakukan bersama-sama baik antara lembaga eksekutif dengan
legislatif maupun antar angota legislatif sendiri. Tindakan amoral itu dilakukan atas dasar dan
keputusan kolektif yang diambil melalui mekanisme sah di Dewan. Kasus terakhir, 24 Januari
208, 14 angota DPRD Sulawesi Utara (Talaud) menjadi terdakwa atas korupsi sebesar 4,5
milyar.
ICW juga memaparkan modus dan grafik lengkap tentang korupsi yang merugikan
Negara itu. Cara mereka mengerogoti uang negara adalah dengan mengunakan modus
operandi yang tak nampak oleh kasat mata. Beragam cara mereka tempuh demi korupsi yang
dicita-citakanya. Modus paling lazim seperti yang dilansir ICW adalah dengan cara me-markup proyek, pelangaran prosedur, manipulasi dokumen atau data, mengubah spesifikasi barang,
penunjukan langsung tanpa melalui tender, praktik pengelapan, suap dan kolusi antara
eksekutif dan legislatif. Tahukah Anda tingkat korupsi paling besar dilakukan oleh siapa?
DPR/DPRD merupakan lebaga yang paling tingi prosentasi korupsinya disusul kemudian
oleh kepala daerah dan aparat pemda.
Pada sat krisis perbankan, di mana 16 bank dilikuidasi oleh pemerintah, BI selaku Bank
Central mengucurkan BLBI alias Bantuan Likuidasi Bank Indonesia terhadap bank-bank
bermasalah. Jumlah BLBI tidak tangung-tangung; 70 triliun lebih dana dikucurkan melalui
lembaga BPN. Apa lacur, Lembaga ini tidak menjalankan fungsinya dengan tepat. Dana
mengalir tanpa diketahui rimbanya. Penerima dan pemberi sama-sama melakukan tindakan
korupsi. Lalu kemana uang sebesar itu menguap? Siapa saja yang melakukan tindakan korup
terhadap uang rakyat itu? Mengapa tidak ada upaya peradilan Indonesia mengusut tuntas
masalah ini?
Tindakan hukum berjalan lamban. Para pelaku diberikan kesempatan untuk melarikan diri
ke luar negeri. Tidak adanya keseriusan pemerintah menangani para koruptor ini jelas
berdampak menurunya kredibilitas peradilan di mata masyarakat. Penanganan kasus para
koruptor ini berjalan bak kura-kura. Bila pun mereka tertangkap, peradilan hanya memberi
sanksi ringan dengan mendenda pelaku lalu membebaskanya. Sedikit diantara mereka yang
kemudian dijebloskan ke dalam terali besi. Tapi tindakan tegas dan semena-mena para penegak
hukum justeru terjadi kepada mereka yang hanya mencuri ayam karena lapar yang tak
tertahankan. Adilkah peradilan semacam ini? Mengenaskan sekali. Para penjahat berkerah
putih baik yang berada di lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif tak pernah tersentuh
hukum sebagaimana yang dirasakan para pencuri ayam itu. Selain Edy Tansil, masih banyak
lagi penjahat berkerah putih yang masih berkeliaran dengan bebasnya tanpa dikejar oleh
peradilan. Bilapun terjadi penangkapan, proses peradilan akan berjalan seperti yang telah
digambarkan sebelumnya; mandul dan tidak memiliki efek jera kepada pelakunya.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Faktor lain yang turut mejadikan Indonesia terpuruk adalah sistem perekonomian
kapitalisme yang bertentangan dengan UD45, khususnya pasal 3, yang mengatakan bahwa
perekonomian negara disusun berdasarkan atas azas kekeluargan. Kapitalisme ekonomi
berjalan atas mekanisme pasar yang lebih mendasari power dan kartal sebagai model bisnis yang
dijalani. Disinilah titik temu dua premis yang berbeda antara premis ekonomi dengan teori sosial
Darwin “Seleksi Alam�. Teori ini menjelaskan bahwa kekuatan menjadi faktor dominan untuk
mempertahankan kehidupan. Inilah dasar dan model yang dianut oleh sistem perekonomian
Indonesia. Nampaknya penyusupan ini tidak atau belum kita sadari secara penuh walau
banyak ilmuwan yang menentang premis ini.
Bangsa Indonesia tidak percaya diri sehinga Barat menjadi sebuah gerbang pemikiran
para “malaikat” atau “nabi” yang tidak boleh diamandemen apalagi ditolak. Padahal terhadap
UD dan konstitusi, kita berani mengamandemenya. Pemikiran seperti inilah yang
menghambat fundamental ekonomi Indonesia. Mengapa bangsa ini terlalu deduktif terhadap
premis Barat? Padahal tidak sedikit ilmuwan yang telah mengajarkan bagaimana manusia
mengembangkan pemikiran induktif terhadap sebuah premis. Masih ingat Bacon? Bagi Bacon,
tidak ada sebuah kebenaran tanpa melalui proses induktif terhadap sebuah premis dan teori.
Maka, bagi Bacon, premis Darwin kemudian, hanya menjadi sebuah kilasan berpikir (glanced
thinking) dan bukan sebagai premis yang langsung menjadi efektif sebagai sebuah kesimpulan
akhir tanpa evaluasi dan amandemen. Pada tahun 1620, Bacon merefleksikan sikap induktifnya
untuk melawan premis yang diangap publik sebagai “Dewa kebenaran” yang absolut.
Perlawanan Bacon tertuang dalam sebuah masterpiece-nya, “Novum Organum”.
Harus muncul keberanian baik dalam lingkup individu maupun elit partai untuk
mengambil sikap seperti Bacon itu. Apa lagi terhadap premis yang melahirkan produk UndangUndang ekonomi yang berdampak luas bagi kehidupan sosial dan politik. Atas dasar inilah,
maka untuk penetapan model dan sistem perekonomian, Indonesia tidak asal ikut Barat
kapitalis) yang telah rapuh dimakan zaman.
Dampak buruk dan rapuhnya sistem kapitalis yang kita adopsi itu menjadi bencana
nasional sat mantan presiden (alm) Soeharto mengambil kebijakan ekonomi makro negeri ini
pada tahun 197-198. Pada sat rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan mantan presiden
alm)Soeharto berada di ujung tanduk dan terombang ambing oleh arus reformasi yang begitu
kuat mengoyang posisinya sebagai kepala Negara, IMF yang notabene memiliki premis
kapitalis tidak menyia-nyiakan kondisi ini. Ada kesempatan dalam kesempitan! Mereka
menawarkan proposal “perbaikan” dan “pemulihan” perekonomian Indonesia dengan 50 butir
MOU yang seluruhnya merugikan bangsa. Namun sayang, MOU yang bermuatan politis dan
tipu daya terselubung itu terpaksa ditandatangani oleh beliau. Mengapa?
Penandatanganan atas klausul IMF oleh mantan penguasa di masa Orde Baru itu tak lepas
dari pengaruh Bil Clinton. Menurut Brad Simpson dari National Security Archive (NSA)lembaga riset non pemerintah di George Washington University, Washington DC, presiden AS
pada sat itu, Bil Clinton, menelpon mantan presiden sekitar enam kali. Berdasarkan dokumen
tersebut, menurutnya, Clinton menekan bapak (alm) Soeharto untuk menerima program yang
diusulkan International Monetary Fund (IMF) itu. Sesunguhnya MOU yang penuh tipu daya itu
merupakan sebuah konspirasi global pembangkrutan perekonomian Indonesia yang telah
terencana di tahun 1987 sejak ditunjuknya Alan Grenspan oleh George Bush sebagai Presiden
Federal Reserve.
Privatisasi BUMN merupakan strategi The Washington Concencus 1989 (di dalamnya
terdapat kebijakan liberalisasi perdagangan, deregulasi, privatisasi dan pencabutan subsidi)
dan ini menjadi MOU yang harus diaplikasikan pemerintah Indonesia. IMF akan mengulirkan
bantuan finansial dengan syarat bahwa Indonesia harus menyiapkan fundamental ekonomi
yang kuat sehinga menjadi jaminan kepercayan (trust) untuk pengembalian pinjaman yang
diberikan IMF kepada Indonesia. IMF kemudian mengarahkan “penguatan� fundamental
ekonomi Indonesia dengan privatisasi BUMN. Menurut mereka managerial BUMN yang
diterapkan oleh bangsa Indonesia sama sekali tidak menjanjikan dan profitable
menguntungkan). Oleh karena itu, bukan perbaikan managerial dan pergantian personal saja
yang diusulkan IMF dalam pengelolan BUMN tersebut tetapi lebih dari itu, Indonesia harus
menjualnya kepada asing yang menurutnya memiliki kredibilitas pengelolan yang lebih baik
daripada orang Indonesia. BUMN, Badan Usaha Milik Negara kemudian beralih menjadi
BUMA, Badan Usaha Milik Asing atas dasar legalitas hukum yang syah dan diakui negara.
Dengan pendekatan inilah IMF berhasil melakukan “perbaikan� ekonomi Indonesia.
Beralihnya pengelolan dan kepemilikan BUMN yang menjadi aset negara kepada pihak asing,
selain berdampak buruk terhadap perekonomian negara, juga berdampak negatif terhadap
sistem politik, sosial dan budaya. Bukankah kapitalisme ekonomi sangat menjunjung tingi
mekanisme pasar? Mekanisme pasar pada akhirnya menjadi sebuah sandungan besar bagi
kebijakan ekonomi nasional. Ketika pasar telah dikuasai bukan oleh negara maka kebijakan
politik dan ekonomi negara akan tergerus oleh mekanisme pasar yang dikuasai asing. Kalau ini
terjadi, maka Indonesia sebagai sebuah negara tidak lagi memiliki power untuk
mempertahankan kedaulatanya.Sangat dikhawatirkan bila kedaulatan Indonesia dikendalikan
oleh mekanisme pasar yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis. Jejaring makar internasional di
balik kerjasama ekonomi ini merupakan langkah strategis dan efisien untuk memukul
perekonomian Indonesia. Mereka (termasuk IMF) tidak akan rela dan membiarkan kehebatan
Indonesia muncul sebagai macan Asia.*
Mereka tidak akan membiarkan perekonomian Indonesia tumbuh menjadi macan Asia
sebagaimana yang ditulis oleh The East Asian Miracle itu. Bila ini terjadi, maka Indonesia
menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi dan politik mereka. Kepentingan imperialis abad
21 yang dibangun oleh kaum kapitalis dengan slogan Gold, Gospel and Glory tentu saja menjadi
pijakan yang cukup kental di tubuh IMF itu. Namun, pemimpin, rakyat dan tokoh di negeri ini
tidak sempat membaca situasi dan kondisi yang dimainkan oleh lembaga keuangan
internasional tersebut. Bahkan kondisi kita seperti anai-anai yang mengangap api sebagai
cahaya yang dapat membimbing di kegelapan malam. Padahal, ketika anai-anai mendekat,
panas api langsung membakar dan mematikan. Menurut Jery Duane Gray, penulis kelahiran
Jerman, dalam kesempatan bedah buku Bayang-Bayang Gurita di Student Center, IAIN Ciputat
205 - IMF adalah kependekan dari Iblis Monetary Fund. Sebuah kekuatan ekonomi yang
dijalankan oleh kebijakan iblis.
Maka, dengan mengambil kebijakan yang ditawarkan IMF itu, Indonesia memasuki phase
keruntuhan. Krisis ekonomi berlanjut menjadi krisis moneter dan krisis multidimensi. Inflasi
ikut memperparah kondisi ekonomi yang sekarat. Loyalitas rakyat terhadap pemerintah
semakin lemah. Mahasiswa berdemo dan mereka menduduki Gedung Wakil Rakyat. Mereka
menuntut penguasa Orde Baru itu lengser dari jabatanya sebagai presiden RI. Namun sayang
sekali reformasi yang diusung mahasiswa tidak memiliki visi seperti yang digambarkan di atas.
Semangat perubahan begitu besar dan dinamis namun tidak memiliki gambaran seperti apa
Indonesia setelah reformasi itu? Reformasi mati suri karena tidak memiliki visi. Chaos yang
terjadi di negeri ini justeru menjadi peluang bagi pemain politik nasional dan internasional.
Lalu siapakah gerangan pihak yang paling diuntungkan dengan kondisi chaos seperti ini?
Sudah tentu, mereka yang merepresentasikan kekuatan kapital itulah yang paling besar
mengambil manfat dengan kondisi ini. Sat rakyat sulit mendapatkan bahan pokok, mereka
justeru menikmati mobil mewah hasil tukar dolar yang mereka depositokan. Bayangkan berapa
besar keuntungan yang mereka dapat dengan posisi tukar valas dari harga dolar Rp. 2.50
menjadi 10.0 bahkan mendekati Rp.15.0, Fantastis!
Ekonom Orde Baru tidak pernah berpikir dan menyiapkan solusi terhadap permainan
nakal para pialang ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional. Mereka tidak
menyadari bahwa banyak George Soros berkulit coklat yang siap mengonjang-ganjing
perekonomian negeri ini. Dolar menjadi tambang emas bagi spekulan kapitalis yang serta merta
dapat mereka jadikan sebagai bom waktu untuk menjatuhkan rezim dan pemerintahan sebuah
negara.
Berapakah keuntungan (selisih tukar) yang mereka peroleh bila mereka menjual $1.0.0
saja ke dalam rupiah? Dalam ungkapan yang berbeda, begitu besar nilai rupiah yang hilang
lost value) ketika permainan kotor kapitalis dengan pertukaran valuta asing ini dimainkan.
Lemahnya fundamental ekonomi nasional menjadikan IMF dan kapitalis menari-nari di atas
ring. Ekonomi nasional akhirnya KO dan jatuh oleh permainan kapitalis. Inilah sepengal
drama yang menyeret runtuhnya 32 tahun lebih kekuasan sebuah rezim dengan kemenangan
mutlak kaum kapitalis didukung oleh “mekanisme pasar� yang kuat. Reformasi dalam konteks
ini - tanpa disadari - telah menjadi batu pijakan (milestone) kapitalis menuai panenya.
Kebijakan ekonomi Indonesia yang deduktif terhadap IMF telah menimbulkan ekses sosial
dan politik yang harus dibayar mahal. Kebijakan pemerintah yang tidak worked-out menjadikan
mekanisme ekonomi tumpang tindih sehinga kebijakan ekonomi yang diambil selalu saja
menimbulkan dampak buruk dan gejolak di masyarakat.
Ketika kebijakan konversi (bahan bakar minyak ke gas) diujicoba di tengah masyarakat,
timbul masalah baru sebagai dampak ikutan (efek domino). Harga minyak justeru melambung
tingi. Masyarakatpun resah untuk sekedar mendapatkan minyak tanah yang hilang di pasaran.
Sementara produk dan kebutuhan yang akan dikonversi belum tersosialisasi dengan baik dan
merata di masyarakat. Harga Bahan Bakar Gas (BG) melambung sebelum konversi itu
diberlakukan. Harga kebutuhan pokok yang lain ikut melonjak. Masyarakat selalu dirugikan
atas kebijakan pemerintah yang tidak populer itu. Pemerintahpun mengeluarkan fatwa bahwa
kebijakan ini terpaksa diambil menimbang APBN mengalami defisit angaran. Untuk
mensiasati hal ini, pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi subsidi BM dan
mengkonversinya menjadi gas. Hal ini ditempuh demi terhindar dari financing gap sebesar 1,1%
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sama nilainya dengan Rp.28,2 triliun.
Setelah lima tahun mengalami penderitan ekonomi, barulah muncul sedikit saja
kesadaran bangsa ini. Lahirlah sistem perekonomian yang dilandasi syariah walau masih
terbatas di dalam sistem keuangan perbankan dan bukan dalam konstitusi atau perundangundangan negara. Masih terdapat hal-hal aneh dalam penerapan sistem syariah yang nampak
setengah-setengah itu. Profesor Ibrahim Vadilo, ekonom muslim berkebangsan Spanyol
mengomentari hal ini, “Dulu Anda mungkin terpana melihat sistem ekonomi Barat. Tapi jika
Anda telusuri lebih dalam, ternyata semuanya adalah riba dan haram, dari hulu hinga ke hilir.
Namun sayangnya, banyak orang terkagum-kagum dengan hal tersebut dan mencoba untuk
mengislamkan kapitalisme dan mengadaptasinya sepulang mereka mempelajari ekonomi dari
universitas di AS�.
Ironis ! Sebuah bank menjalankan sistem syariah tetapi dengan bank sirkulasi yang masih
memakai sistem kapitalis. Apapun namanya, bila induk perbankan (lembaga otoritas
keuangan) masih berbasis dan berorientasi kapitalis, maka syariah yang dipakai juga syariah
kapitalis. Adakah terminologi fikih tentang sistem ekonomi dengan nama syariah kapitalis?
Mungkin Dr. Syafiâ€Ȓi Antonio, M.Riawan Amin, DR. Arie Moduto dan Dr. Adiwarman Karim
dapat menjawab soal ini1.
1
Bank Dunia pada tahun 191 membuat laporan yang dimuat The East Asian Miracle mengolongkan Indonesia menjadi salah satu macan Asia dengan
pembangunan ekonominya yang semakin baik. Namun tiga tahun berselang, Paul Krugman, guru besar ekonomi MIT berkomentar sebaliknya, ia mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi Asia lebih merupakan hasil dari perspiration not inspiration. Asumsi ini memberi sinyal bahwa Asia termasuk Indonesia tentunya,
masih memiliki fundamental ekonomi yang rentan dan rapuh terhadap perubahan ekonomi global. Pandangan Paul Krugman inilah yang melatari kebijakan IMF
di Indonesia. Pernyatan Krugman ini kemudian terbukti ketika terjadi krisis ekonomi global, Oktober 208.
EPISODE 2
KRISIS DAN KEBANGKITAN KAUM MUDA
Krisis ekonomi nasional sejak 198 kemudian disusul berbagai bencana mulai dari
Tsunami di Aceh, Yogya dan lautan lumpur lapindo di Jawa Timur semakin memperburuk
carut marut wajah Indonesia. Satu krisis belum selesai telah muncul problem berskala nasional
yang lain. Sudah jatuh tertimpa tanga pula. Sepuluh tahun perjalanan perekonomian negara
masih berjalan di tempat tanpa perubahan signifikan. Sementara masyarakat masih berduka
nestapa oleh bencana yang masih tersisa.
Tiga tahun pemerintahan SBY bertenger belum nampak sebuah kondisi yang kondusif
bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Perubahan kearah perbaikan ekonomi bangsa mulai
sedikit dirasakan pada tahun ke tiga pemerintahanya. Tapi sekali lagi, bencana seakan tak
mau lepas dari negeri ini. Krisis ekonomi dunia merapat dalam barisan yang tidak diundang.
Terjadilah gejolak di sektor ril yang berdampak pada pengusaha export Indonesia pada skala
usaha kecil dan menengah. Roda perekonomian rakyat kembali surut dan otomatis
mempengaruhi perilaku pasar dan sosial. Stimulus perekonomian pun dilakukan. BI
menaikan suku bunga dan pemerintahan SBY lalu menerapkan kebijakan “Swadesi” dalam
rangka memprotek pengaruh krisis tersebut agar tidak menjalar ke seluruh “tubuh” bangsa ini.
Kebijakan yang terasa sangat terlambat - karena masyarakat dan bangsa ini telah begitu lekat
dengan gaya hidup dan cara berpikir kapitalis selama kurun waktu 32 tahun. Nampaknya
perlu satu generasi untuk memanen kebijakan ini. Tetapi, lebih baik terlambat daripada tidak
samasekali.
Namun sekali lagi, ada pembelajaran yang dapat diambil dari semua bencana yang kita
alami. Sesunguhnya terdapat kemudahan dalam setiap kesulitan. Begitulah kata bijak yang
tersurat dalam Al-qur’an. Dan memang tidak sepatutnya kita melihat apa yang terjadi itu
melulu dari segi negatif; terlepas dari apa yang disebut orang dengan istilah musibah, ujian,
bencana ataupun azab. Masih banyak mereka yang melihat semua ini dari sudut pandang
penuh hikmah. Bencana yang banyak memakan korban dibarengi himpitan ekonomi yang terus
menerjang kehidupan kaum dhuafa justeru melahirkan sikap kepedulian kaum muda.
DIBO
MENDOBRAK KRISIS DAN KETERPURUKAN
Kondisi dan beberapa faktor keterpurukan Indonesia yang tertera di atas memunculkan sebuah
kesadaran sosial yang tingi. Sebut saja salah satunya, Dibo Pis. Komandan komunitas
Slankers Jakarta ini tidak mau berdiam diri. Setelah membaca dan merenungi realita sosial di
negeri ini, Dibo berusaha melakukan yang
terbaik
demi
bangsa
dan
negara.
Keterpurukan yang tengah berlangsung di
sektor politik, ekonomi, sosial dan budaya
tidak menjadikan Dibo terjebak dan
berpangku
tangan.
Beragam
bentuk
aktivitas dalam rangka merajut nilai – atas
nama solidaritas sosial dan kemanusian
tampilah sosok Dibo Pis bersama Slankers
DKI mewujudkan mimpi besar untuk
berperan
mendobrak
krisis
dan
keterpurukan.
Untuk menumbuhkan motivasi dan membangun mimpi pada pemuda, Emha, dalam
Tarikat Psikologis-Subjektif Pemuda menulis “.Jangan disangka hanya berkelahi dan carok saja
yang butuh keberanian. Bahkan untuk bermimpi pun tidak setiap orang memiliki persedian
keberanian. Beranikah hari ini Anda bermimpi sambil bersumpah akan berupaya mewujudkan
mimpi itu bahwa Indonesia akan terbebas dari penindasan atas buruh? Bahwa akan ada
keadan sosial yang benar-benar makmur dan suatu tata ekonomi yang sunguh-sunguh adil?
Bahwa koran-koran akan bebas SIUP? Bahwa yang akan memberi Surat Keterangan Kelakuan
Baik adalah kumpulan ulama, pastur dan rohaniawan-moralis lainya? Bahwa televisi akan
tidak berisi pendidikan seks dan kekerasan? Bahwa kalau pikiran Anda tidak sependapat
dengan pendapat penguasa, Anda akan justeru dihormati, karena dengan itu Anda berfungsi
memberinya cermin yang positif? Bahwa pak polisi tentara, birokrat dan pegawai akan
menunduk dan mengangukan kepala jika berpapasan dengan rakyat, akan bersikap sopan
dan hati-hati dalam menjalankan tugasnya, terutama yang langsung menyangkut rakyatkarena pada hakikatnya rakyat adalah bos mereka? Atau, beranikah Anda bermimpi bahwa
pak kadus, pak kades, pak camat dan pak bupati akan bersunguh-sunguh mengabdi kepada
rakyatnya? Karena pak bupati tidak bisa jadi bupati tanpa ada rakyatnya, sementara rakyat
tetap bisa menjadi rakyat tanpa pak bupati?
Pada era 1920-an, kita yang sekarang bernama “Bangsa Indonesia” masihlah berupa
komunitas-komunitas, suku-suku, kerajan-kerajan yang terpencar. Hanya orang yang
inovatif, experimental dan “gila” saja yang di otaknya tersembunyi impian-impian tentang
Kesatuan Nasional”. Bahkan untuk membayangkan merdeka dari kompeni saja pun secara
umum diangap hil-hil yang mustahal. Maka semoga kita bisa cukup mendalam menghayati
betapa luar biasanya etos dan daya juang sejarah para pemuda kita yang sat itu masih berusia
likuran (dua puluhan) tahun. Muhamad Alfatih dan Thariq bin Jiyad bahkan pada usianya
yang belum likuran telah menundukan dan menguasai Spanyol di Eropa Barat (pen).
Cobalah selidiki di sekitar Anda, apa yang bisa dipikirkan dan dilakukan oleh anak-anak
kita yang berusia likuran tahun sekarang ini? Seberapa skala pemikiran dan perjuangan
mereka?
Dari sinilah mungkin, muncul kesadaran moral Dibo sebagai bagian dari masyarakat
Jakarta untuk membenahi masyarakat DKI dengan program yang dibuatnya bersama para
Slankers melalui kegiatan sosial dan kemanusian. Dibo merasa terpangil dan tertantang oleh
tulisan Emha itu. Dibo ingin membuktikan bahwa semua krisis yang terjadi ini tidak bisa
diselesaikan dengan mimpi belaka tetapi melalui kerja keras sebagaimana yang dikatakan
Thomas Alva Edison bahwa “Dalam sebuah keberhasilan, ide dan mimpi hanya memberi 1%
dan 9% disumbang oleh kerja keras dan peras keringat.”
Untuk perjuangan mewujudkan mimpi besarnya dengan kerja keras tersebut, artikel yang
ditulis oleh Anis Mata mungkin bisa dijadikan bekal. Dalam artikel “Pengorbanan”, Anis
menulis bahwa seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikanya jauh mengalahkan
timbangan keburukanya, karena kekuatanya mengalahkan sisi kelemahanya. Jika engkau
mencoba menghitung kesalahan dan kelemahanya, niscaya engkau menemui kesalahan dan
kelemahanya itu “tertelan” oleh kebaikan dan kekuatanya.
Akan tetapi, kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan
merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia. Itulah
sebabnya tidak semua orang baik dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam ingatan
kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan
menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan, atau purnama yang merubah malam jadi
indah, atau mata air yang menghilangkan dahaga.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat, atau pada
kadar manfat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan performance kepribadian kita.
Maka, Rasululah saw berkata “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfat
bagi manusia yang lain.”
Demikianlah, kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal
yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka, takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia
tidak pernah hidup dan berfikir dalam lingkup dirinya sendiri. Ia telah melampaui batas-batas
kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur
dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya
tercurahkan.
Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawanan
seseorang. Di sini ia bertemu dengan pertangung-jawaban, keberanian, dan kesabaran. Tiga
hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan menemukan makna dan
fungsi kepahlawananya apabila ada pengorbanan yang mengisi dan mengerakanya.
Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertangungjawaban, keberanian dan kesabaran.
Maka, kempat makna dan sifat ini-rasa tangung jawab keagaman, semangat
pengorbanan, keberanian jiwa, dan kesabaran, adalah rangkaian dasar yang seluruhnya
terkandung dalam ayat-ayat jihad. Doronganya adalah tangung jawab keagaman (semacam
semangat penyebaran dan pembelan). Hakikat dan tabiatnya adalah pengorbanan. Perisainya
keberanian jiwa. Namun, nafas panjangnya adalah kesabaran,
Maka, benarlah apa yang dikatakan Sayid Quthb, “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri
akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Akan tetapi, orang yang hidup
bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.”
Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu, tetapi juga merupakan kaidah
universal yang berlaku bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria,
yang menulis buku Mengapa Kaum Muslim Mundur dan Orang Barat Maju menjelaskan
jawabanya dalam kalimat yang sederhana, “Karena,” kata Syakib Arselan, “orang-orang Barat
lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka
ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.”
Sekarang, mengertilah kita. Dan ketika ada pertanyan, “Apakah yang dibutuhkan untuk
menegakan agama ini dalam realitas kehidupan?” Maka jawabnya adalah hadirnya para
pahlawan sejati yang tidak lagi hidup hanya bagi dirinya sendiri, tetapi bagi orang lain dan
agamanya, serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya.
Inilah rentetan makna yang mendasari seluruh rangkaian kerja para Relawan Dibo Pis di
tengah masyarakat yang tengah terhimpit dengan berbagai persoalan sosial. Dengan segenap
tekad yang bulat, para pemuda ini kemudian berjibaku untuk melayani masyarakat tanpa
tujuan apapun apalagi materi. Hal ini diungkapkan oleh Iyan, salah seorang senior yang telah
banyak berkecimpung di dalam program ungulan Relawan Dibo Pis ini. Menurutnya, ada
kebahagian yang tidak bisa dilukiskan sat melihat kebahagian yang muncul dari mereka
yang terbantu. Jauhnya tempat bukan persoalan. Letih dan penat menempuh jauhnya
perjalanan sat mengantar jenazah ke luar kota seakan hilang begitu saja ketika wajah-wajah
bahagia tersemburat oleh pertolongan yang diberikanya.
Daya dobrak anak muda yang dikomadani Dibo Pis alias Firman Abadi terhadap kondisi
sosial ini tak lain karena keikhlasan semata. Tak ada pekerjan yang berat bila ikhlas menjadi
dasarnya.
EPISODE 3
SENATOR DARI GANG POTLOT
S etelah malang melintang selama hampir 10 tahun bersama para Slankers DKI, Dibo akhirnya
sampai di tepi pulau yang bernama “politik�. Dengan kereta independen dan dukungan Slankers,
Firman Abadi yang akrab dibangil Dibo Pis mencalonkan diri sebagai senator Dewan
Perwakilan Daerah DKI Jakarta.
Komisi Pemilihan Umum Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam Berita
Acara
No:3/BA/KPU-DKI/VI/208
tentang Penelitian Faktual Dukungan
Verifikasi) Bakal Calon Perseorangan
Peserta Pemilu Angota Dewan Perwakilan
Daerah Tahun 209 menetapkan Firman
Abadi lulus sebagai calon DPD DKI atas
dasar penelitian faktual dukungan pemilih
bakal calon perseorangan peserta pemilu
angota Dewan Perwakilan Daerah Tahun
209 di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta yang dilakukan di 6 (enam) wilayah DKI dengan berita
acara tertangal 2 Agustus 208.
Keseriusan Dibo mencalonkan diri sebagai senator Jakarta dibuktikan dengan
menyebarkan kontrak politik kepada ribuan Slankers dan masyarakat Jakarta. Kontrak politik
itu mengisayaratkan kesiapan Dibo memperjuangkan aspirasi masyarakat Jakarta dengan
membangun dan memberdayakan peran generasi muda. Insya Alah kalau masyarakat memberi
mandat, saya akan memberikan 60% gaji dan pendapatan sebagai senator untuk kegiatan sosial
dan kemanusian masyarakat Jakarta, katanya.
Bicara dukungan, Firman telah mengantongi 250.0 suara yang didapat dari angota
Slankers sejak 198-208. Keyakinan ayah dari Alfiah Zulfah Umaimah (4 tahun) untuk
memenangkan kursi senator ini semakin kuat dengan dukungan suara dari alumni STM Budi
Utomo tahun 1987-207. Selain dua arus dukungan ril tersebut, masyarakat Jakarta yang telah
pandai dan cerdas berpolitik tentu akan menjadi pundi suara bagi kemenangan pendekar
Slankers ini. Namun sat interview dengan Penulis, sang Dibo memberikan gambaran secara
rinci tentang strategi pemenangan dirinya menuju DPD. Katanya, untuk tim sukses telah
dibentuk dengan kinerja tim yang telah disusun; pada tim inilah strategi pemenangan itu
diolah menjadi masakan yang siap saji. Konstituen tingal menyantap apa yang telah tersaji.
Untuk tim sukses Dibo menuju kursi senator ini; telah ditunjuk beberapa orang sebagai
perwakilan wilayah untuk tim sukses DPD. Dalam tim itu Dibo Slankers telah merumuskan
strategi, perencanan, teknis dan langkah kongkrit dalam rangka memuluskan perjalanan
menuju kursi DPD.
Salah satu faktor yang bisa membawa Dibo sukses dalam pencalonan kursi DPD adalah
program “Charity For The Por”. Salah satu program andalan yang telah dimiliki oleh Slankers
yakni layanan mobil jenazah gratis. Eksistensi dan aktivitas layanan ini sudah ada lebih dulu
sebelum Dibo mencalonkan diri sebagai senator DPD. Hal ini menjadi suara simpanan yang
akan dipakai oleh masyarakat untuk belanja politiknya pada pemilu DPD DKI 209 nanti.
Kredibilitas sosial menjadi faktor penting dalam sebuah leadership. Kepemimpinan seseorang
sangat berbanding lurus dengan keberadan dan sepak terjangnya di mata masyarakat. Dibo
tidak perlu banyak berkampanye untuk kursi DPD yang dincarnya itu sebab sepak terjang
sosial yang selama ini dilakoni itu telah membentuk opini publik dengan sendirinya. Layanan
charity ini telah meluas bukan saja untuk masyarakat DKI bahkan Bogor, Tangerang dan Bekasi.
Lima kota ini bisa mendapatkan program sosial yang digodok oleh para Slankers itu. Untuk
tujuan perluasan itu, maka perwakilan yang ditunjuk di masing-masing wilayah memainkan
peran yang lebih signifikan untuk perkuatan jejaring sosial.
Memasuki kancah politik praktis memang berbeda dengan ranah sosial tetapi bukan tidak
mungkin bahwa ranah sosial inilah yang kemudian menjadi bekal untuk melengangkan
seseorang di ranah politik. Maka dalam konteks ini tim sukses Dibo merencanakan perluasan
program sosial seperti penyelengaran seminar, pelatihan Bahasa Ingris, penerbitan dan
sebagainya. Semua kegiatan ini akan membentuk opini baru yang lebih kuat sehinga
informasi yang diperolah masyarakat dari media masa lebih hidup dan menjadi “phsicologicalbridge” antara individu dan opini yang akan dibentuk. Inilah jembatan psikologis yang
dibangun untuk menembus hati rakyat sehinga tercipta links and match antara idealisme dan
kondisi sosial yang tengah berlangsung. Semakin banyak aktivitas sosial yang tidak melulu
berorientasi politik tentunya, akan semakin besar peneriman masyarakat terhadap pribadi dan
program sosial yang diusung, kata Dibo berapi-api. Socrates lanjut pemuda yang kharismatis
ini mengatakan bahwa manusia itu “zon politicon”. Masyarakat adalah mahluk sosial. Maka
nilai-nilai sosial pada dimensi ini akan menjadi sebuah sembrani yang mampu
mengumpulkan” mereka dalam konteks kemanusian itu.
Selain bentuk kegiatan dan aktivitas di atas, Dibo juga telah mem-planing strategi, aksi
dan timing yang dibuat sebagai rentang waktu tertentu dengan capaian tertentu. Dengan
planing atau perencanan ini, kata Dibo, kita dapat melihat steping dan kerangka kerja yang
tersistimatis (systemized plan). Setiap program berjalan sesuai koridor, timing dan capaian
achievement). Dari sini pula kecantikan “bermain” sebuah organisasi dinilai oleh masyarakat.
Kebiasan kerja dengan kerangka dan perencanan akan menimbulkan kinerja yang profesional
tanpa khawatir dengan problem yang muncul di tengah jalan akibat tumpang tindih (overlap)
pekerjan dan tugas. Planing juga dapat menjadi indikator kecakapan pribadi seseorang dalam
menata organisasi. Semakin baik planing sebuah organisasi maka semakin baik pula hasil dan
capaian yang hendak diraih organisasi tersebut. Imbas positif lain yang diperoleh dari
implementasi dua item ini kata Dibo, adalah memperkuat soliditas Slankers di dalam dan
menumbuhkan kredibilitas pada masyarakat luas.
Tidak ada kata pesimis buat Dibo untuk menuju kursi DPD. Dibo Pis hanya butuh
semacam penguatan internal organisasi dan aktivitas sosial yang telah berjalan itu dengan
strategi dan perencanan yang matang. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa semua
aktivitas politik dan sosial ini disandarkan kepada Alah swt sebagai pemenang
seusunguhnya.
Dalam konteks ini, mungkin ada baiknya kita renungi sebuah artikel yang ditulis oleh Anis
Mata yang berjudul “kompetisi.” Anis menulis bahwa para pahlawan mukmin sejati tidak
akan membuang energi mereka untuk memikirkan seperti apa ia akan ditempatkan dalam
sejarah manusia. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana mereka meraih posisi paling
terhormat di sisi Alah SWT. Itulah sejarah yang sebenarnya. Jika suatu ketika sejarah manusia
memberi mereka posisi yang terhormat, itu hanyalah-seperti kata Rasululah saw, “berita
gembira yang dipercepat”
Ridha Alah dan tempat yang terhormat di sisi Nya. Itulah cita-cita sejati para pahlawan
mukmin. Itulah ambisi yang sebenarnya, ambisi yang disyariatkan, ambisi yang mendorong
lahirnya semangat kompetisi yang tak pernah habis. Di sini medan kompetisi itu sangat
berbeda dengan kompetisi di medan lain. Yang membedakanya adalah luas wilayah
kompetisi yang tak terbatas, kecuali oleh batasan kebaikan itu sendiri. Sebab hadiah yang
disediakan untuk para kompetitor itu juga tak terbatas.
Dari mata air inilah para pahlawan mukmin sejati itu meneguk surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang bertakwa, “yaitu orang-orang yang
menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan memafkan kesalahan orang. Alah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali Imaran:
134)
Kompetisi adalah semangat yang melekat dalam diri para pahlawan, karena ini
merupakan cara terbaik untuk mengeksploitasi potensi-potensi mereka. Maka mereka
membutuhkan medan kompetisi yang tak terbatas, sebab ketidakterbatasan itu akan
mendorong munculnya semua potensi tersembunyi dalam diri mereka. Dan, medan kompetisi
ini memang tidak terbatas, sebab medanya adalah “amal shalih”, dan amal shalih itu beragam
serta tidak terbatas.
Kompetisi juga merupakan cara terbaik untuk membedakan “peringkat” para pahlawan
sejati itu di mata Alah SWT. Itulah sebabnya Alah menyebut generasi mukmin angkatan
pertama sebagai asabiqunal awalun (orang-orang pertama yang mendahului) atau semacam
advanced competitor’. Itu sebabnya Alah memberi ganjaran yang berbeda – beda sesuai dengan
capaian masing-masing mereka.
Indikator yang digunakan untuk menilai kompetisi itu adalah paduan-paduan yang
harmonis antara waktu (kecepatan), kualitas, kuantitas dan manfat sosial dari setiap unit amal
yang kita lakukan. Maka pahala mujahidin Badar berbeda dengan pahala para mujahidin dari
peperangan lain.
Begitulah akhirnya para pahlawan mukmin sejati itu memaknai kebahagian. “Setiap kali
ia menyelesaikan satu unit amal, dalam tempo yang ringkas dan cepat, dengan kualitas yang
maksimum, dan dengan manfat sosial yang sebesar-besarnya, barulah mereka dapat
menikmati rentang waktu itu. Kebahagian mereka terletak pada selesainya unit-unit amal
shalih yang mereka kerjakan dengan cara yang sempurna.
Kalau toh kemudian kepahlawanan itu tidak mencapai hasil maksimal, Alah tidak akan
menghukum bahkan sebaliknya DIA, Rasul dan orang-rang beriman akan menilai apa yang
telah Anda usahakan itu. Ebiet G Ade menyetir dalam lagunya, “Kalian Dengarlah Keluhanku”
dengan sebuah pertanyan mengugah “Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan.
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum dengan sinar matanya yang lebih tajam dari
matahari?
Paulo Coelho, Penulis Itali dalam novel terlarisnya, “The Alkemis” mengatakan, “Yakinlah
bahwa bila Anda melakukan kebaikan, niscaya seluruh alam akan mendukungmu.” Selamat
berjuang dan berkorban Dibo. Keterpurukan ini memerlukan pemuda seperti Anda. Semoga
perjalanan berat yang Anda citakan itu mengantar Anda menjadi pahlawan sebagaimana
matahari yang memberi kehangatan dan mata air yang menghilangkan dahaga.
DIBO DAN POLITIK
Bicara politik praktis, anak muda ini nampak bersemangat dan siap memasuki gelangang
yang penuh dengan teka-teki. Menjadi politisi kata bos Slankers ini seperti bermain api.
Percikanya saja sudah panas apa lagi berada di dalamnya ungkap Dibo pilosofis. Dalam
politik sering terjadi kebohongan dan pembohongan
terhadap masyarakat. Banyak mengumbar janji tanpa
bukti. Oleh karena itu beliau menyarankan kepada para
politisi agar jangan banyak basa-basi dan berkaryalah
untuk masyarakat tanpa harus pamrih dengan imbalan
apapun. Politisi hendaknya tidak banyak pula membual
sehinga menimbulkan keresahan di masyarakat yang
selalu menjadi korban. Beliau menambahkan bahwa
jabatan sebagai politisi itu merupakan pengabdian kepada
rakyat dan bangsa. Jangan berpolitik untuk mencari
makan tetapi makan untuk berpolitik katanya sambil
mengangkat lenganya agak tingi. Kerja besar yang telah
diberikan keapada masyarakat membawa Dibo ke ranah
politik melalui jalur independen. Ada yang mesti dingat
katanya, bahwa kita harus berada di atas politik sehinga
tidak menjadi umpan politik. Dengan dasar inilah kemudian ia memberanikan diri menjadi
calon DPD DKI.
Salah satu komitmen politik yang dicanangkan Dibo bila dia terpilih sebagai angota DPD
DKI nanti adalah dengan “cut of� terhadap salary yang diterima sebagai angota DPD untuk
kepentingan sosial. Ini merupakan kontrak sosial Dibo yang patut ditiru oleh para incumbent
dan politisi kita di kabinet sekarang. Rencana cut of ini akan difokuskan pada intensifikasi
kegiatan sosial yang telah dijalani selama ini dan rencana - rencana ekstensifikasi program
sosial yang lain.
Kontrak politik semacam ini sangat sederhana tetapi sejak Indonesia merdeka hinga kini,
belum ada incumbent baik di lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif yang
melakukanya. Sebagai “strategi� mendulang suara, terobosan politik dengan kekuatan sosial
semacam ini baru Dibo Pis yang melakukanya. Strategi ini tidak lain hanya sebagai bukti
bahwa kesalehan individu menjadi daya tarik politik terlepas dari kepentingan atau bukan
kepentingan. Cut of 60% gaji ini cukup signifikan apa lagi dibarengi dengan 60% gaji incumbent
yang lain. Secara tidak langsung, ide pemotongan 60% gaji ini sebenarnya merupakan ajakan
politik kepada seluruh incumbent yang memangku jabatan di semua sektor pemerintahan agar
mengimplementasikan nilai kepedulianya menjadi langkah kongkrit untuk mengatasi
masalah sosial tanpa harus melahirkan banyak diskusi dan jargon politik yang hanya tertuang
dalam slogan-slogan tua lagi usang. Dibo meyakinkan Penulis bahwa gaung dan gema slogan itu
akan didengar oleh publik manakala masyarakat merasakan manfat langsung secara ril.
Mengutip pandangan seorang kiai Sudan, Hasan Al-Turabi - Dibo menambahkan bahwa “amal
paling hebat adalah amal yang paling dibutuhkan.� Berangkat dari sinilah Dibo
mengembangkan layanan ambulan gratis bagi masyarakat yang membutuhkan dan tidak
berdaya melawan gaya hidup individualistis (Individualistic life style) dan egois (selfistic) di
tengah kehidupan metropolitan ini.
Krisis ekonomi dunia pada level makro sudah barang tentu berdampak bagi pertumbuhan
ekonomi nasional dan terus mempengaruhi ekonomi mikro di tanah air. Ini akan memunculkan
dampak buruk bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat Indonesia khususnya pengusaha yang
bergerak di bidang komoditas eksport. Kondisi inilah yang semestinya menjadi pusat perhatian
sekaligus keprihatinan para pemimpin dan elit politik dalam mengemban misi kemanusianya
secara berjamah untuk kemudian melakukan aksi bersama sebagaimana yang telah dilakukan
oleh seorang Dibo. Kemiskinan itu nyata dengan penambahan jumlah yang sangat signifikan di
setiap tahunya. Maka kenyatan ini harus dilawan dengan kerja nyata bukan dengan teoriteori mentah tanpa bukti. Selain itu, dalam memainkan peran politiknya, relawan Dibo Pis
yang dipimpinya ini melakukan musyawarah, semacam kontrak politik dan memutuskan tiga
butir keputusan penting yang salah satunya adalah (butir 3); “Apabila calon presiden yang
didukung oleh relawan Dibo Pis terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2092014 agar membuat Kepres yang menjamin bahwa seorang warga negara Republik Indonesia
yang meningal dunia akan mendapat santunan negara sebesar dua juta rupiah�.
Pemuda yang pernah mengikuti ESQ (Emotional-Spirit Quotient) Training Eksekutif
angkatan ke-26 ini menantang kita untuk berkompetisi dalam amal kebaikan bukan persaingan.
Semoga tantangan ini mendatangkan kesadaran individu dan partai politik untuk melakukan
rembug nasional dan membagi tugas demi melakukan amaliah terbaik bagi rakyat yang
sengsara. Partai-partai yang berkompetisi memperebutkan kursi kekuasan sepatutnya kata
Dibo, juga peduli dan berbagi tugas dalam tataran politik yang lebih arif untuk sebuah
kompetisi kemanusian yang ril. Masing masing partai bertangung jawab terhadap satu sektor
kehidupan yang manjadi hajat hidup orang banyak. Sektor layanan ambulan gratis telah
menjadi brand bagi Relawan Dibo Pis, maka partai atau elit manakah gerangan yang akan
menyusul dengan brand baru di bidang layanan gratis lain berikutnya?
Dibo yang fenomenal membawa sebuah inspirasi bagi kalangan muda Indonesia
khususnya para Slankers untuk tetap berbuat sesuatu bagi kepentingan masyarakat luas tanpa
harus mengiring mereka menjadi penganut mazhab Slankers. Kendala dan aral ekonomi yang
terjadi pada skala individu tidak menjadikan Dibo dan Slankers berhenti melakukan terobosan
sosial dan politik.
DIBO YANG PENULIS KENAL
Dibo, begitu Penulis lebih suka menyebut pemilik nama Firman Abadi-laki-laki berjengot 36
tahun ini. Sebelumnya, tidak ada sedikitpun pengetahuan Penulis tentang anak muda yang
ternyata dedengkotnya Slankers. Terus
terang, ini merupakan sebuah pertemuan
yang sangat eksklusive dari sekian banyak
pertemuan yang pernah Penulis alami
dengan tokoh-tokoh lain sebelumnya.
Pertemuan Penulis dengan Dibo Pis,
begitu beliau akrab dipangil-berawal dari
dua kakak beradik yang sedang berdiskusi
tentang mobil ambulan gratis. Percakapan
mereka tertangkap oleh telinga Penulis yang
pada waktu itu sedang asyik duduk di
depan rumah mereka. Ini terjadi dua hari
setelah hari Raya Idul Fitri 1429 H. Tanpa basa basi, Penulis interupsi dan ikut dalam pembicaran
itu. Lalu -dari obrolan itu - Penulis tertarik dan berniat untuk menjadi angota namun karena
masih dalam suasana idul fitri, Penulis belum bisa merealisasikan niat tersebut.
Tangal 9 Oktober-semingu setelah Idul Fitri, jam tujuh pagi – sms (Short Mesage System)
berita duka Penulis terima dari sebuah nomer yang tidak dikenal. Duka cita itu adalah
meningalnya isteri sepupu. Penulis bersama kakak dan adik langsung meluncur ke tempat
duka. Terus terang bahwa pada sat itu kondisi keuangan memang tidak memungkinkan
untuk berbuat banyak. Apa lagi kondisi sepupu yang tingal di sebuah kontrakan - sangat
memprihatinkan. Sebuah kenyatan yang membuat Penulis mengurut dada. Penulis tidak mau
musibah ini menambah rumit orang lain baik sepupu apalagi keluarga almarhumah yang
tingal di Ciputat-Banten itu. Akhirnya, kamipun berkumpul mendiskusikan jalan untuk
mencari solusi ambulan yang kami butuhkan.
Diskusi tanpa duduk seperti angota DPR itu kemudian menelurkan sebuah ingatan
Penulis tentang Relawan Dibo Pis dengan layanan mobil jenazah gratis beberapa waktu
sebelumnya. Di rumah duka, Penulis pada waktu itu berpikir bahwa mungkin inilah sat yang
pas dan tepat untuk merealisasikan niat menjadi angota Relawan Dibo Pis.
Pukul 09.10 Penulis meluncur ke tempat bekerja saudara Zaenal. Sesampainya di tempat,
Zaenal yang sebelumnya sudah kami hubungi-langsung memberikan kartu angota Relawan
Dibo Pis yang kemudian kami pakai sebagai jaminan pemakaian ambulan gratis itu. Penulis
tidak lama berada di Kios Soto tempat Zaenal mencari nafkahnya itu. Dengan sepotong kartu
Relawan Dibo Pis itu Penulis langsung meluncur ke markas Dibo Pis di bilangan Duren Tiga,
Jakarta Selatan.
Sat tiba di markas anak muda yang memiliki usaha di bidang percetakan itu, Penulis
masih belum memahami siapa, apa dan bagaimana postur sang juragan Dibo yang begitu
antusias dengan program ambulan gratisnya itu. Gambaran pertama pada sat bertemu dengan
krew dan angota Slankers di Duren Tiga itu adalah bahwa Dibo seorang kaya raya dengan
segala kehidupan borjuis ala metropolis. Karena menurut Penulis, begitulah biasanya gaya
hidup kalangan Jet set di negeri ini. Penulis baru memahaminya sat melihat spanduk dengan
41 photo calon DPD yang terpampang persis di belakang meja pendaftaran. Kami diterima oleh
Agus - petugas piket sat itu. Setelah selesai proses pendaftaran yang hanya menghabiskan
waktu 10 menit itu, Agus memberikan kunci ambulan kepada pengemudi untuk kemudian
melaju menuju rumah sepupu yang sedang berduka.
Dalam perjalanan pulang dari markas Slankers itu, Penulis masih berpikir bagaimana Dibo
bisa membiayai operasional layanan lima ambulan gratis untuk masyarakat ini? Jawaban itu
hanya berupa decak kagum Penulis sepanjang perjalalan. Sebuah kerja praktis yang begitu
bermanfat bagi banyak orang ini ternyata didanai secara pribadi dari keuntungan usaha
percetakan yang digelutinya. Subhanalah! Ini sebuah muâ€Ȓjizat.
Ironisnya - pada sat bersaman, partai-partai politik yang kokoh secara finansial tidak
mampu berbuat sesuatu yang secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat ekonomi
bawah. Padahal, banyak angota partai tersebut yang duduk menjadi angota DPRD,
DPR/MPR RI, menteri bahkan staf ahli menteri. Posisi ini jelas sangat memungkinkan mereka
untuk berbuat lebih banyak bagi masyarakat lapis bawah. Tetapi realita ini hanya sebuah
fatamorgana. Nampak ada namun kenyatanya tidak ada. Berita yang menyangkut
penderitan dan himpitan ekonomi masyarakat lapis bawah hanya didengar dan dibuatkan
rumusan solusi bukan tindakan ril seperti yang telah dilakukan oleh kalangan muda Slankers
ini.
Pada pengantar sebuah buku karya Harun Yahya, The Arogance of Satan (202)-Penulis
bahkan telah menyingung betapa sederet permasalahan sosial berhamburan tanpa ada partai
yang peduli. Kasus Hariyanto yang hendak menghabisi hidupnya dengan bunuh diri karena
tidak bisa membayar uang sekolah - menjadi santapan kita di pagi, siang, sore bahkan malam
hari – namun tidak juga meluluhkan empati kita sebagai manusia yang memiliki nilai
kemalaikatan itu. Derita Hariyanto hanya tetap menjadi derita dan paling banter hanya menjadi
bahan berita untuk sebuah diskusi dan seminar kemanusian.
Bila terjadi empathy, itupun hanya berlangsung pada batas lingkaran yang masih pincang
dengan embel-embel dan pamrih politik. Kemiskinan dengan segala penderitan pada posisi ini
hanya menjadi sebuah moment penting untuk mengiring para dhuafa yang telah sekarat ke
sebuah vested interest baik yang telah dikemas dalam bentuk politik praktis atau nilai-nilai
ideologi tertentu. Empathy ini kemudian menjadi misi tersembunyi (hiden mision) yang tidak
lebih sebagai tanga menuju kekuasan dan posisi. The Grasrots is the gras to get the
grashopers. Masyarakat miskin hanya menjadi rumput untuk menangkap belalang. Empathy
yang terjadi baik internal maupun eksternal hanya menjadikan rakyat jelata sebagai rumput
teduh nan hijau” sehinga belalang besar dapat hingap untuk kemudian ditangkap dan
disantap.
Kita tidak hendak membenarkan teori Darwin dengan teorinya yang mashur “Seleksi
Alam” itu secara retorik tetapi kenyatan bahwa pembenaran itu telah terkejawantahkan oleh
sikap dan empathy politik kita yang berbau kanibal. Kita berempathi tetapi sesunguhnya telah
terjadi penyimpangan nilai. Nilai religius atau ideologi yang semestinya berlangsung mulus atas
dasar faith dan ruh iman yang didasari keikhlasan telah terkontaminasi oleh debu politik yang
mengakibatkan lunturnya ganjaran. Pada tataran ini empathy menjadi upaya pelemahan yang
secara tidak sadar menjadi langkah yang menindas. Di sinilah terjadi pembenaran terhadap
teori Darwin itu. Secara politis mereka yang membantu si lemah tiba-tiba saja menjadi
pemangsa alias predator. Ini terbukti dengan harapan suara yang diberikan pada sat “tertentu.”
Betapa tidak ada nilai ikhlas dalam kancah politik praktis yang mereka bangun di negeri ini.
Semua memiliki cost yang harus dibayar oleh grasrots itu sendiri. Empathy seperti ini ibarat
debu yang melapisi batu kemudian hilang tak berbekas setelah hujan menimpa. Tidak
sedikitpun jejak yang tertingal.
Bagaimana Dibo? Begitu pulakah? Waktu yang akan menjawabnya. Penulis bukan
mengadakan pembelan terhadap sosok muda yang lahir dari Slankers ini-namun perlu ada
dukungan dan suport untuk sebuah upaya kebaikan yang telah dimplementasikanya itu.
Mengapa?
Pertama adalah bahwa “social care” amaliah praktis yang dilakoni pemuda 36 tahun
dengan jengot tebal tanpa kumis ini telah berlangsung jauh sebelum ribut-ribut pencalonan
dirinya sebagai senator di DPD. Ini adalah sebuah langkah kongkrit kemanusian “Charity for
the Por” tanpa empathy tersembunyi yang menjadikan masyarakat lemah sebagai jembatan dan
umpan untuk menangkap “belalang”. Dukungan dimaksud bukan pula untuk memecah
kemapanan sebuah komunitas lain yang telah berkecimpung dalam hal yang sama tetapi justru
menjadi sinergi terhadap “kekosongan” di mana komunitas atau partai politik luput untuk
mengisinya. Jadi tidak perlu khawatir dengan konsep anak muda yang terus melaju dengan
cita-citanya menjadi senator DKI ini. Kita harus melihatnya sebagai mitra yang mampu
memberi energi positif bagi kehidupan sosial yang lebih luas dalam konteks fastabiqul khairat.
Di balik suara keras sat berbicara, ada optimisme yang begitu kuat terpancar dari rona
wajahnya yang penuh ketundukan. Itulah Dibo yang Penulis kenal. Sosok muda yang sangat
menghargai orang lain. Sikap egalitarian yang nampak kuat itu merupakan pupuk bagi filsafat
hidupnya untuk membangun Jakarta. Dibo tidak berpikir muluk untuk sebuah kepedulian
yang memang menjadi bagian dan tangung jawabnya sebagai seorang Muslim. Bagi Dibo,
Melakukan yang kecil jauh lebih baik daripada memimpikan yang besar”. Benar bang, lagi pula
kecilnya sesuatu itu bukan berarti tidak berdaya guna. Kalau memiliki nilai, yang kecil tetap
berharga.
DIBO, POINT OF VIEW
Dibo merupakan tipikal anak muda yang ceplas ceplos tapi tidak meningalkan etika dan nilainilai kesopanan pada sat berbicara. Pandangan dan pemikiran terhadap peristiwa-peristiwa
yang terjadipun menunjukan bahwa beliau memang layak sebagai politikus. Dengan duduk
santai di depan markas Slankers di Duren Tiga Jakarta Selatan itu, dan dengan ditemani
minuman segar dingin, Dibo bersemangat penuh enerjik merespon pertanyan-pertanyan
yang Penulis ajukan; Simaklah pandangan-pandangan beliau berikut ini:
Apa pendapat anda tentang pemerintahan
sekarang ini?”
Pemerintah adalah pihak yang paling
bertangung
jawab
terhadap
seluruh
kebijakan yang dibuatnya. Baik dalam skala
politik maupun agama.”
Dalam suatu kebijakan, pemerintah berbeda
dengan beberapa organisasi Islam, sikap
anda?”
Sebagai pribadi, saya masih mengacu pada kebijkan pemerintah. Perbedan yang menjadi
kebijakan pemimpin lalu diamini rakyat. Rakyat hanya sebagai pelaku kebijakan, tidak
bertangung jawab atas resiko religius di hadapan Alah. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakanlah yang harus mempertangung-jawabkan akibat seluruhnya.”
Apa pendapat anda tentang tawuran yang sering tejadi di kalangan pelajar?”
Tawuran yang terjadi di kalangan pelajar sesunguhnya disebabkan oleh tradisi. Tradisi
yang terbentuk turun menurun dari para pendahulunya. Sebenarnya banyak di antara pelajar
yang tawuran itu tidak mengerti permasalahan sebagai penyebab tawuran iru. Mereka hanya
ikut-ikutan karena tradisi tadi.”
Tentang pendidikan?”
Dunia pendidikan sekarang dikelola oleh mereka yang kurang memiliki dedikasi dan
pengabdian. Walau mereka bertitel dengan gelar yang bejibun, tetapi gelar itu kemudian tidak
berinteraksi secara maksimal dengan dunia pendidikan.”
Anda punya ambisi?”
Alah menyukai orang mukmin yang kuat. Ambisi saya adalah menjadi pemimpin yang
kemudian memperkuat muslim yang lain. Menyatukan visi umat yang satu, yang akan
mendatangkan kekuatan bagi umat dan negara. Dengan kekuatan inilah tumbuh persatuan
yang melahirkan kehidupan dan derajat Islam yang tingi sebagai rahmatan lil alamin bukan
rahmatan lilpartai atau atau golongan. Setelah pencalonan angota DPD, ambisi saya
berikutnya adalah menjadi gubernur DKI.”
Filosofi anda terhadap kepemimpinan?”
Kepemimpinan adalah sebuah seni dan tangung jawab baik terhadap Alah yang
memiliki kepemimpinan absolut maupun terhadap rakyat yang dipimpin. Seseorang tidak
harus melihat siapa dirinya dan bagaimana pengalaman masa lalunya dalam sebuah
kepemimpinan. Semua kita punya pengalaman baik dan buruk di masa lalu. Tetapi itu tidak
menjadi ukuran boleh tidaknya seseorang tampil sebagai pemimpin. Kepemimpinan harus
dimulai dari diri sendiri.
Mengenai U Anti Pornografi?”
Itu sudah jelas. Kita menolak pornografi dan mendukung direalisasikanya UndangUndang itu.”
Sebagian masyarakat tidak mendukung U Anti pornografi, apa pendapat Anda?”
Mereka yang tidak mendukung itu karena belum memahami esensi dari UAP itu. Kalau
mereka mau sedikit menilik pasal 14 dalam U tersebut, mereka pasti setuju. Kekhawatiran
mereka terlalu berlebihan atau mungkin ada orang tertentu yang sengaja meniup-niupkan
kepada mereka yang tidak setuju itu.”
Mungkin karena sosialisasi U itu yang kurang?”
Sosialisasi sudah cukup tetapi tidak dibarengi oleh upaya dan langkah antisipatif
terhadap kebijakan itu. Sehinga sedikitnya mereka yang anti terhadap U tersebut nampak
besar. Mungkin juga karena takut dibilang anti pluralitas.”
Tadi Anda menyebut iman saldo, maksudnya?”
Begini, seringkali kita melakukan amal religius yang didasari oleh hitungan matematis
yang berujung pada pahala dan surga. Kita mengerjakan tugas ubudiyah kepada Alah karena
keinginan perlipatan ganjaran yang diberikan. Ini menunjukan bahwa ibadah yang kita
lakukan tersebut bukan semata karena mencari ridho Alah tetapi kuantitas pahala yang
dilipatgandakan itu.
Sebagai contoh, banyak kaum muslim melakukan ibadah pada bulan Ramadan. Mereka
berduyun-duyun ke masjid untuk mendapatkan ganjaran ibadah di bulan tersebut. Niatnya
adalah mendapatkan hitungan angka sebagai balasan pahala yang dilipatgandakan itu dan
bukan karena Alah. Inilah yang saya maksud dengan iman hitung-hitungan atau iman saldo
itu. Padahal nimat Alah yang kita rasakan begitu besar dan kita tidak sangup menghitungnya.
Mengapa harus hitung-hitungan?”
Tentang ulama atau ustadz yang lebih konsen di bidang korporasi?”
Inilah wajah dan mental kita. Punya uang dan harta tidak dimaksimalkan untuk
kepentingan yang lebih utama. Korporasi sendiri sebenarnya syah saja tetapi ada hal yang lebih
penting dari itu. Kita punya visi Islam yang merentang sebagai rahmatan lil alamin. Dengan
kesempatan, harta dan jabatan yang kita miliki sekarang- marilah kita bangun visi Islam sebagai
rahmatan lil alamin itu dalam konteks keindonesian yang cakupanya lebih luas. Bukan
korporasi yang hanya berkutat dari dan demi lingkaran tertentu. Rentang wilayah fungsi sosial
kita harus terpetakan secara jelas mulai dari fungsi individu, kerabat, masyarakat, negara dan
dunia sebagai implementasi rahmatan lil alamin itu. Kebaikan Rasululah itu ibarat hembusan
angin tanpa ada celah yang menghalanginya.”
Islam sebagai rahmatan lil alamin dalam konteks ini, mungkinkah?”
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kita harus berani bermimpi namun jangan
terlalu banyak tidur untuk mendapatkan mimpi itu. Kalau Muhamad Alfatih dan Thariq ibn
Ziyad yang usianya masih tergolong muda saja bisa menaklukan Spanyol, mengapa kita
tidak? Saya terkesan dengan apa yang dikatakan oleh Walt Disney, “If you can dream it you can
do it”. Sesuatu yang bisa kita mimpikan bisa pula direalisasikan. Tapi perlu dingat bahwa
semua itu perlu kesunguhan, kemauan dan pengorbanan besar.
Tangapan Anda terhadap peristiwa Monas?”
Peristiwa itu berawal dari ketidakpuasan ustadz Riziq dan FPI terhadap kebijakan
pemerintah yang setengah-setengah terhadap pelarangan aliran Ahmadiyah. Keputusan
pemerintah dinilai lamban dan “banci” oleh ustadz Riziq. Rentang waktu yang cukup lama
untuk memutuskan bahwa aliran Ahmadiyah itu sesat memberi peluang “bergerak” mereka
yang tidak setuju pembubaran aliran ini. Dua kubu ini kemudian saling berdemonstrasi
mengerakan masa hinga kemudian kubu-kubu tersebut bertemu dalam satu tempat dan
kesempatan. Dalam kondisi masa yang emosinya sedang terbakar, gesekan kecilpun akan
menimbulkan api. Saya malah heran dan penuh tanda tanya mengapa kedua kubu tersebut bisa
bertemu dalam satu tempat yang tidak berjauhan? Mengapa dibiarkan dua kubu yang saling
berseberangan itu berdemonstrasi dengan jarak dan tempat yang berdekatan?”
Anda setuju dengan tindakan FPI?”
FPI itu sudah menimbang segala tindakan dengan resiko yang bakal dihadapi. Artinya
mereka memiliki dasar atas apa yang mereka lakukan. Pembubaran Ahmadiyah memang suatu
keharusan karena telah menyimpang dari konteks syariat Islam. Mirza Ghulam Ahmad yang
mereka angap sebagai nabi merupakan pelecehan terhadap ajaran Islam yang dipahami oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya.”
Dengan tindakan kekerasan yang dilakukan FPI?”
Di manapun, bentuk-bentuk anarkisme yang tidak bermoral, tidak bisa dibenarkan. Di
sini, kita harus fair. FPI adalah manusia biasa yang mempunyai emosi dan keterbatasanketerbatasan. Sebagai manusia, kita punya keterbatasan itu. Emosi, marah, bahagia dan benci
merupakan label yang wajar sebagai manusia. Tetapi tidak dibenarkan bila kita hidup hanya
melulu mengembangkan sikap amarah apa lagi yang bukan pada tempatnya. Sayidina Ali RA
pernah mengatakan bahwa bila kita marah pada sat seharusnya kita diam, sama halnya
dengan anjing. Bila kita diam pada sat seharusnya kita marah, itu sama dengan babi. FPI tahu
betul mengenai hal ini.
Bisa saja seseorang tidak ingin marah tetapi karena terus diejek, dilecehkan dan di fitnah,
tiba-tiba orang tersebut mengekspresikan seluruh emosi kemanusianya. Apa lagi terhadap
nilai-nilai kebenaran yang diyakini. Jadi dalam hubungan sosio-emosional, besar kecil amarah
itu sangat bergantung juga dengan kadar perlawanan yang dihadapinya. Semua kembali
kepada nilai kebenaran yang diyakininya. Sejarah Islam telah mengukir banyak pejuang
dengan kadar kepahlawananya masing-masing. Ada Umar ibnu Khatab, Umar bin Abdul
Aziz, Khalid bin Walid, Hasan Al-Bana dan Sayid Qutb. Mereka mendapat ganjaran sesuai
dengan nilai dan cara mereka berjuang. Tetapi sebagai pribadi, saya lebih condong dengan
gaya Rasululah yang selalu ramah dengan lawan bahkan orang yang hendak membunuh
dirinya sekalipun.”
Ustadz Riziq dan Munarman kemudian dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan dipenjara.
Menurut Anda?”
Kebenaran yang hakiki itu tidak bisa diukur oleh penjara. Penjara bahkan telah menempatkan
Buya Hamka sebagai ulama terkemuka dengan tafsir yang ditulisnya, Al-Azhar. Kebenaran
absolut itu hanya milik Alah semata. Dialah pemilik tungal atas klaim kebenaran. Ust Riziq itu
benar. Yang salah adalah bahwa kebenaranya itu tidak didukung dan dibenarkan oleh
kebanyakan umat Islam di negeri ini. Umat Islam tidak memback-up beliau karena diangap
terlalu keras dan anarkis. Umat Islam takut dengan segala ketakutan yang tidak perlu
ditakutkan.”
Apa therapi paling pas mengatasi problema sosial dan ekonomi yang dihadapi bangsa ini?”
Problem yang timbul di negeri dan bangsa ini disebabkan oleh kecongkakan kita sendiri.
Banyak kebijakan dan produk hukum yang bertentangan dengan fitrah manusia. Sumber
hukum itu sendiri berasal dari pemikiran manusia yang lemah dan terbatas. Tetapi kita banga
dan bertahan memakainya sebagai aturan dalam kehidupan yang heterogen ini. Therapinya
cuma satu; kembali kepada fitrah. Tunduklah dengan aturan yang menciptakan diri kita ini.
Saya yakin ketika hukum ini dijalani tidak akan ada lagi problem sosial yang menghadang
Indonesia yang kita cintai.
MASA KECIL DIBO
Dibo kecil dilahirkan di Bukit Tingi Sumatera Barat 36 tahun yang lalu. Tempat di mana
banyak lahir pujanga, politikus dan ulama terkenal kelas dunia. Sederet nama seperti A.
Navis, Khairil Anwar, Taufiq Ismail, Moh. Hata, , Emil Salim, Buya Hamka, H. Agus Salim
dan masih banyak lagi nama yang lain.
Dibo lahir dan diasuh oleh kedua orang tua bernama Herman Mansyur dan Asmini Azita
dalam kehidupan ekonomi yang pas-pasan. Bahkan –karena kondisi ini, kedua orang tua Dibo
tidak mampu untuk sekedar membeli baju seragam sekolah. Banyak pengalaman pahit yang
menjadi guru dalam hidupnya itu. Dibo yang sukses hari ini pernah menjadi pemungut bola di
sebuah lapangan tenis. Bukit Tingi tempat kelahiranya ini telah banyak memberi
pengalaman yang begitu berharga. Selain menjadi pemungut bola, Dibo juga berjualan kerupuk
bahkan hinga ia bersekolah kelas lima SD, Dibo harus berjualan koran dan semir sepatu
untuk sekedar uang jajan.
Tidak sampai di situ, Dibo yang kita kenal sebagai pengusaha percetakan besar sekarang
itu, pernah menyewakan sandal kepada mereka yang hendak melakukan shalat di masjid AlAzhar Jakarta. Sat pindah ke Jakarta, Dibo menempuh sekolah teknik di kawasan Tanah
Abang, Jakarta Pusat. Penderitan pun belum ada tanda-tanda berakhir. Beliau pernah menjadi
pengamen. Inilah kata Dibo, sebuah proses pendidikan alam yang berlangsung terhadap
dirinya. Kini Dibo sadar betul apa yang terjadi itu mengandung hikmah sambil menyetir
ungkapan Imam Al-Ghazali di dalam Ihya Ulumudin, bahwa ketika Alah belum memberi apa
yang kita inginkan, sesunguhnya DIA telah memberi apa yang kita butuhkan.
Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang sangat prihatin, orang tua Dibo senantiasa
mengingatkan Dibo kecil agar mengerjakan shalat lima waktu. Pengasuhan dalam suasana
keagaman ini senantiasa mengalir sepanjang masa kanak-kanak Dibo. Model pengasuhan
inilah yang kemudian tanpa disadari menjadi kepribadian dan modal Dibo berbisnis kini.
Seorang pebisnis yang selalu ingat dengan norma-norma agama.
Nalar Dibo tentang sesuatu selangkah lebih progresif dibanding teman sekelasnya. Pada
sat duduk di bangku sekolah dasar, Dibo kecil sudah mampu memberi penilaian tentang guru
yang baik atau tidak. Dibo sangat menyayangkan betapa seorang guru hanya melakukan tugas
mengajar tanpa melakukan pendidikan dan pengajaran yang menyeluruh. Guru - pada waktu
itu - menurutnya tidak ada yang memiliki kemampuan untuk memberi perhatian yang tidak
saja berkaitan dengan pelajaran. Guru hanya mengejar target. Mungkin dari sekian banyak
guru yang pernah mengajarnya di waktu Sekolah Dasar itu hanya ibu Maria yang memiliki
kemampuan mengajar dengan pendekatan moral penuh perhatian. Dibo sangat terkesan
dengan cara mengajar sang guru ini. Menurutnya, ibu Maria mengajar dengan perasan yang
penuh kasih sayang. Bahasanya lembut dan sangat keibuan. Tidak pernah terucap kata-kata
kasar sat ibu Maria berada dan mengajar di kelas Dibo.
Dibo kecil yang hidup pas-pasan tidak mendapat penghargan sebagaimana tema-temanya
yang cukup dalam segi materi. Guru tidak mampu bersikap adil apa lagi dalam hal memberi
perhatian terhadap siswa yang tidak mampu dalam bidang ekonomi. Pengajaran ini membawa
pengaruh dalam pribadi Dibo; wajarlah kalau pada usianya yang masih anak-anak dia menjadi
seorang bocah “pemberontak�. Kini, pemberontakan itu menghasilkan sebuah kerja optimal
dan empathi yang mengugah hati nurani. Kepedulian terhadap mereka yang lemah secara
ekonomi.
DIBO, SLANKERS DAN ISTERI
Dibo telah tumbuh menjadi seorang anak muda. Pada usia 25 tahun, tepatnya pada akhir 197
Dibo mulai berinteraksi dengan Slankers, perkumpulan fans kelompok musik slank. Waktu itu,
sekretariat Slankers Jakarta masih di bilangan Mangarai; Jl. Dr.Saharjo Gg. Bakti VI No.18Jakarta Selatan. Interaksi Dibo berawal dengan menyablon kaos bergambar Slank yang
digandrungi oleh kebanyakan anak muda. Karena kepedulian dan intensitasnya yang tak
kunjung padam dengan Slankers, maka pada tangal 26 Desember 198 Dibo dinobatkan dan
dilantik menjadi ketua di komunitas slank fans club. Pelantikan sat itu belum memadai dan
profesional. Masih sangat konvensional tutur Dibo sat wawancara dengan Penulis.
Ada hal yang tidak bisa dilupakan oleh Dibo mengenai kepemimpinan Slankers DKI yang
dikomandaninya sekarang ini. Dibalik kepemimpinanya itu, sebenarnya ada seorang ibu yang
begitu besar peran dan pengaruhnya dalam seluruh sepak terjang pencinta Slankers ini.
x20AC;œBerawal dari seorang Bunda Ifet yang dengan tulus dan besar hati mengunjungi dan
bertandang ke kediaman saya di bilangan Mangarai. Saya sangat kagum dengan kedatangan
seorang besar Bunda Ifet pada waktu itu. Betapa tidak? Saya merasa, bagaimana seorang
Bunda Ifet yang sudah punya nama besar dengan Slank itu, mau bertandang ke rumah
pengagumnya yang kumuh dan susah? Pada waktu Bunda datang, yang ada dalam pikiran
saya adalah sebuah anugerah dan kehormatan yang sangat luar biasa� kata Dibo mengulang
peristiwa kunjungan Bunda.
Apa maksud kedatangan Bunda ke rumah Dibo di bilangan Mangarai itu? Bunda
memintanya untuk menjadi ketua Slankers. Karuan permintan ini menambah terkejut Dibo
yang memang tidak memiliki tujuan apa-apa pada grup Slank yang dikaguminya itu. Selain itu,
Dibo belum berani menjadi ketua dengan minimnya kemampuan leadership yang ia miliki.
Permintan Bundapun ditolaknya. Tetapi Bunda terus meminta dengan memberi sebuah
keyakinan dan motivasi padanya bahwa Dibo bisa. Dorongan dan motivasi dari Bunda ini
memberi keteguhan dan memunculkan keberanian untuk memimpin sebuah komunitas
Slankers di wilayah DKI. Dengan iringan motivasi seorang Bunda, Dibo kemudian
memberanikan diri untuk tampil memimpin Slankers Jakarta.
Pada tahun 203, Dibo dan para Slankers memiliki sekretariat yang cukup representatif
dengan ukuran 2x2,5 m di Gang Potlot –Duren Tiga Jakarta Selatan. Merasa kurang luas karena
intensitas dan jumlah Slankers yang semakin melonjak, sekretariat kemudian dipindah ke
Duren Tiga (seberang Potlot) tempat yang sekarang dijadikan sentral pertemuan para Slankers
yang sekaligus sebagai tempat usaha percetakan Dibo Pis. Menurut Dibo, penganut mazhab
Slankers terbanyak adalah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Jumlah mereka hampir
mendekati 60% dari total Slankers yang berjumlah 250.0 angota itu. Jumlah ini semakin
bertambah seiring dengan program yang dikembangkan oleh sang ketua. Untuk rekruitmen,
Dibo tidak memberikan persyaratan yang neko-neko. Cukup dengan mengisi pendaftaran yang
telah disediakan di markas Slankers di Duren Tiga tersebut. Siapa saja dari masyarakat di luar
Slankers boleh dan bisa datang untuk mengisi formulir angota Slankers atau Relawan Dibo
Pis. Namun untuk Slankers Indonesia, formulir pendaftaran bisa diperoleh di Pulau Biru.
Selain percetakan, banyak aktivitas Slankers yang disusun dan diprogramkan oleh sang
ketua untuk menunjang jalanya perkumpulan para Slankers itu. Salah satunya adalah
membuat album kompilasi Slankers Jakarta pada tahun 201- Namun karena suatu hal, usaha
itu kandas tanpa tahu penyebabnya.
Dibo sebagaimana laki-laki normal lain, punya keinginan untuk berumah tanga. Pada
tahun 19 dia berkenalan dengan seorang gadis Madiun-Caruban Jawa Timur. Dia bertemu
pertama kali dengan gadis itu di bilangan Saharjo-Tebet. Usia Dibo sat itu 27 tahun. Kesan
Dibo pertama berkenalan dengan gadis itu katanya, sangat pendiam. Sang gadis tidak
mengubris tegur sapa Dibo yang hendak berkenalan. Hubungan dengan gadis pujan berjalan
wajar walau kadang menghadapi sedikit rintangan.
Melihat gelagat Dibo yang sudah mulai kenal dan dekat dengan wanita, orang tua Dibo
lalu dengan serta merta menegur sang anak agar secepatnya menikah. Sang anak hanya
terdiam dengan keyakinan yang tertanam di hati; bahwa apa yang dikatakan orang tuanya itu
adalah benar. Dibo sadar betul kalau percepatan itu bermaksud mencegah Dibo dari perbuatan
yang kelak mencoreng nama keluarga. Maklumlah, orang tua Dibo memang cukup streng
dalam masalah ini karena beliau dikenal sebagai penganut agama yang tat.
Sementara itu, di pihak orang tua perempuan-sat Dibo datang untuk tujuan melamar
hanya diam dan menyerahkan urusan tersebut kepada anak putrinya. Beliau tidak melarang
ataupun mengizinkan, menimbang penampilan Dibo yang pada waktu itu masih agak serem
dengan rambut gondrongnya yang khas. Dibo tidak peduli dengan apa kata orang. Penampilan
buatnya bukan menjadi ukuran baik buruk seseorang. Dibo terus maju untuk mendapatkan
gadis yang menjadi idamanya. Sang gadispun pada akhirnya menyerah dan menerima Dibo
menjadi suami. Kini, sang gadis - Kartini namanya, telah menjadi isteri Dibo dan telah
dikarunia seorang putri cantik bernama Alfiah Zulfah Umaimah (4 tahun).
SENATOR AMBULAN
Hari kedua interview, Penulis ingin tahu lebih jauh tentang program sosial Dibo yang selalu
berpenampilan “low profile� dengan kaos warna putih yang dikenakanya itu. Hari sudah
menunjukan pukul 20.30 malam. Bersama rekan Bahrudin dan deru mobil yang melaju di
jalan raya, wawancarapun berlangsung. Berikut adalah hasil wawancara yang dikemas dalam
bentuk berita. Semoga menjadi
informasi berharga bagi masyarakat
Jakarta.
Awal berdirinya layanan sosial
ambulan jenazah gratis ini adalah
pada tangal 12 Juli 207. Pada
waktu itu, baru satu unit mobil yang
dioperasikan. Satu unit ambulan itu
diperoleh melalui cara kredit
dengan Down Payment sebesar lima
juta rupiah. Pada awal kegiatan
sosial
ini,
opini
masyarakat
terdengar
miring
terhadap
pengadan
kendaran
yang
dioperasikan sebagai ambulan gratis itu. Tak sedikit yang mengatakan bahwa mobil tersebut
diperoleh dari bantuan salah seorang kandidat yang ikut mencalonkan diri menjadi gubernur
DKI periode 207-2012. Ada juga sebagian masyarakat yang mensinyalir bahwa aktifitas sosial
ini dibantu dan dibiayai oleh partai tertentu. Karuan saja pandangan dan pendapat masyarakat
tersebut membuat Dibo miris mendengarnya. Dalam hati, Dibo berpikir bahwa pandangan itu
menyiratkan bahwa masyarakat biasa tidak boleh melakukan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat lingkunganya. Berbuat baik tidak mesti menungu kaya atau setelah menjadi
ustadz dan pastur lebih dahulu, katanya agak kesal.
Namun demikian, tidak sedikit masyarakat yang turut mendukung program layanan
sosial yang digagas oleh Dibo ini. Masyarakat sangat antusias. Dalam beberapa mingu
layanan ini dibuka, masyarakat langsung mendaftar dan memanfatkan satu unit ambulan
tersebut untuk mengatasi kendala yang mereka hadapi khsususnya yang terkait dengan
masalah mobil. Mereka memanfatkan ambulan untuk urusan pemulangan jenazah dari rumah
sakit, mengantar ke pemakaman atau untuk mengantar orang lumpuh ke rumah sakit. Mereka
dapat mengunakan layanan ini tanpa harus mengikuti persyaratan tertentu yang neko-neko.
Untuk dalam kota, layanan ini gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Namun untuk layanan
luar kota ada adminitrasi atau biaya yang besaranya 50% dari tarip pada umumnya. Hinga
kini, sudah hampir 10 orang yang mengunakan jasa layanan ambulan jenazah gratis ini.
Bulan Oktober ini (memasuki 15 bulan) dioperasikanya program layanan ambulan jenazah
oleh Dibo yang memiliki nama lengkap Firman Abadi ini, sudah nongkrong lima unit mobil.
Kalau kondisi mendesak -karena ambulan telah terpakai - , mobil pribadi juga boleh digunakan
oleh masyarakat yang memerlukanya. Sebuah kenyatan yang sulit kita temukan di zaman
yang serba ego sekarang ini. Apa lagi di kalangan anak muda yang sedang asyik dengan
dunianya sendiri. Dalam waktu dekat (bulan Novemeber 208, pen)-Dibo akan menambah satu
unit lagi.
Yang sangat luar biasa adalah kerjasama di dalam tubuh Slankers dalam kegiatan sosial ini.
Mereka sangat energetic dan memberikan seluruh pikiran dan tenaganya demi kepentingan
masyarakat. Tidak seperti kebanyakan kita yang semangat bekerjanya diukur dari imbalan
yang kita terima. Mereka seakan tidak pernah kehabisan nafas untuk merealisasikan
kebahagian bagi masyarakat Jabodetabek ini. Ingat Dibo, ingat ambulan. Kalau Thantri
Kesumdari, wartawan sebuah Tabloid, Indonesia Monitor memberi gelar Dibo dengan Senator
Dari Gang Potlot, Penulis menyebutnya sebagai Senator Ambulan.
Selain bergerak dengan layanan ambulan gratis ini, Dibo calon senator juga ingin lebih
mengembangkan kegiatan sosialnya itu dengan memiliki Panti Asuhan Anak Yatim. Semoga.
DIBO, BRAD PIT DAN OPRAH WINFREY
Kalau anda sering melongok acara Oprah di stasiun TV Metro, mungkin anda tidak sulit
mengingat wajah seorang ibu dengan tubuh tambun dan kulit gelapnya. Itulah Oprah Winfrey,
aktivis sosial yang kerap membawakan acara di layar kaca dengan sentuhan yang begitu
merasuk hati sehinga program tersebut banyak diminati pemirsa baik di Amerika maupun
Indonesia. Program yang dibawakan oleh Winfrey itu selalu memikat pemirsanya baik muda
atau dewasa. Tak jarang acara yang menyentuh mata hati ini membuat pemirsa meneteskan air
mata haru. Air mata bahagia atas nama kemanusian yang hampir punah ditelan egoisme dan
kesombongan individu. Oprah telah menjadi ikon kebaikan bagi masyarakat dunia. Sepak
terjang sosial yang dibawakan tidak saja terbatas pada tataran talkshow tetapi merupakan
langkah kongkrit di tengah kehidupan masyarakat dengan segudang masalah yang
menimpanya.
Oprah mengangkat topik universal mulai dari kesehatan, problem sosial, pendidikan dan
bencana. Melalui Oprahâ€Ȓs Angel Networknya, Winfrey membangun jaringan untuk pengumpulan
dana bagi perempuan dan anak-anak agar mendapat kehidupan yang lebih baik. Seven Fountain
Schol adalah sebuah karya kepedulian sosial Oprah yang diberikan bagi penduduk di Afrika
Selatan.
Sat Amerika dihantam badai Katrina, Pemerintah Amerika lamban menangani sehinga
banyak menelan korban. Tak percaya dengan kinerja pemerintah, Brad Pit tak tingal diam.
Dengan uang pribadinya, dibangunlah rumah untuk pengungsi bencana Katrina pada Agustus
205 lalu. Menurut situs abcnews.com, rumah yang dibangun itu adalah rumah yang ramah
lingkungan dan sangat terjangkau. Seperti halnya Oprah, Brad begitu cepat beraksi untuk
merajut kepedulian dan kemanusian. Begitu indah nilai yang dirajutnya itu sehinga mampu
memberi sebuah arti kebersaman. Empathy yang tingi membuat Brad seribu langkah di depan
mendahului aksi pemerintah Amerika terhadap bencana itu.
Indonesia memiliki Dibo Pis yang rentang kegiatanya tak kalah dengan Oprah dan Brad
Pit itu. Dibo berbuat demi kemanusian karena empathy sebagaimana yang dilakukan rekan
Oprah dan Brad Pit. Tindakan positif ketiga orang ini sangat berarti bagi mereka yang papa dan
kurang beruntung dalam menjalani kehidupan. Kalau Oprah Melalui Oprahâ€Ȓs Angel Networknya,
telah membangun sebuah sekolah di Afrika sana, Dibo mengerahkan kemampuan membantu
masyarakat dengan mobil ambulan gratis. Untuk ambulan, beliau telah menyiapkan lima unit
dan akan terus bertambah sesuai dengan tingkat kebutuhan serta jangkauan yang lebih luas
lagi. Anak muda ini telah membangun mimpinya dalam konteks yang nyata. Keseriusan Dibo
terjun di bidang sosial seperti ini memang sesuai dengan karakter dan kepribadianya yang
begitu bersemangat menghidupkan kata kebersaman.
Dalam waktu dekat, Dibo-pangilan Firman Abadi ini akan mengembangkan bidang sosial
yang lain. Bentuk pengembangan bidang tersebut lebih ditekankan kepada managerial dan team
work antara lembaga-lembaga sosial yang ada di masyarakat dengan pemerintah. Bila ini, kata
Firman, tertata secara baik maka akan menghasilkan produktifitas sosial dengan kinerja yang
bermuara pada nilai manfat yang jauh lebih besar bagi masyarakat.
Seperti halnya Oprah, Dibo akan membangun network atau jaringan sosial yang lebih luas
dengan berbagai instansi baik swasta maupun pemerintah. Dibo melihat adanya urgensi
bersatunya yayasan yang terdapat di DKI untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Semakin bersatu dan solidnya kinerja yayasan-yayasan dalam satu tim ini akan
sangat membantu personal di lapangan baik secara teknis maupun praktis. Tertatanya kerja
sosial ini akan menghemat tenaga dan materi. Lalu bagaimana langkah-langkah kongkrit
mencapai soliditas tim yang dimaksudkan itu? Dibo telah merancang kerangka kerja secara
detail untuk mencapai tujuan tersebut.
Pertama, Dibo akan mendata jumlah yayasan yang tersebar di penjuru DKI. Yayasan yang
telah terdata kemudian dikumpulkan dalam sebuah tim kerja berdasarkan wilayah masingmasing. Tim kemudian membuat bauran perencanan sosial yang seringkali mucul dan
menjadi problem masyarakat. Dalam tim ini ditunjuk seorang wakil yang bertangung jawab
terhadap permasalahan sosial yang dihadapi oleh lingkungan di mana dia tingal. Tim
kemudian membentuk pokja dengan divisi sesuai dengan uraian permasalahan yang telah
disepakati angota pokja. Eksistensi tim yang merupakan sinergi beberapa yayasan ini akan
melakukan jejaring, yang lebih memperkokoh kinerja dengan lembaga lain semacam PNPM
mandiri, PMK dan sudah barang tentu dengan departemen di bawah kementerian sosial.
Bersama lembaga-lembaga ini nantinya, Dibo telah mengaris bawahi beberapa item yang
menjadi prioritas sebagai berikut:
Pertama, bidang pendidikan. Selain mendirikan lembaga pelatihan bahasa yang murah
dan terjangkau secara mandiri- bersama tim dan lembaga pemerintahan formal lainya – Dibo
juga akan melakukan upaya-upaya strategis untuk membantu masyarakat yang kurang mampu
di bidang pendidikan, khususnya menyangkut biaya dan operasional pendidikan. Program
sekolah gratis mulai dari SD, SMP dan SMK menjadi prioritas tim kerja yang ditunjuk. Upaya
ini didasari oleh keputusan perundangan yang menyatakan bahwa alokasi Angaran Belanja
Negara (APBN) terhadap pendidikan adalah 20%. Dibo Pis alias Firman Abadi melihat bahwa
sesunguhnya pemerintah mampu untuk merealisasikan angaran 20% tersebut bila dibarengi
dengan kemauan dan kerja keras. Besarnya pendapatan pajak dan kekayan masyarakat DKI
merupakan salah satu faktor yang bisa dioptimalkan untuk mengarah pada upaya peningkatan
dan kualitas pendidikan tersebut. Pendidikan menurutnya-memang sudah selayaknya
diselengarakan secara gratis tanpa menghilangkan nilai dan kualitas.
Kedua, kehidupan veteran yang telah berjuang demi bangsa dan negara ini. Hak-hak
veteran masih berjalan tidak seperti yang mereka inginkan. Banyak di antara mantan pejuang
itu yang tidak mendapatkan tunjangan penghidupan yang layak.
Oleh karena itu Dibo Pis menyambut gembira keputusan empat menteri; Menhan,
Menkokesra, Menkeu (deputi) dan Mensos pada tangal 18 Oktober 208 untuk memberikan
tunjangan kepada veteran dengan kisaran 250-40 ribu perbulan mulai Januari 209. Menurut
Dibo Pis, ini merupakan langkah yang sangat wajar mengingat begitu besar perjuangan dan
pengorbanan yang telah mereka berikan bagi bangsa dan negara. Tak akan ada negeri ini tanpa
mereka. Bukankah kata Dibo, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawanya? Oleh karena itu, Dibo akan bersunguh-sunguh dalam upaya merealisasikan
janji pemerintah ini. Tim kerja (pokja) yang terbentuk nantinya akan mengiring pemerintah
agar tidak mengingkari para veteran dan memperlakukan mereka dengan penghormatan dan
penghargan yang proporsional.
Selain itu Dibo mengusulkan agar pada kabinet mendatang, diangkat seorang menteri
veteran sebagaimana yang telah dilakukan pada tahun195, di mana veteran mempunyai
seorang Khairul Shaleh yang mengurus dan menangani seluk beluk dan permasalahan veteran.
Oleh karena itu, sebagai upaya kecil yang mungkin bermanfat bagi para veteran khususnya
yang berada di DKI, Relawan Dibo Pis dan Firman Abadi memberikan petunjuk kepada
seluruh veteran mengenai tatacara mengurus tunjangan yang akan dibayarkan per januari 209
tersebut. Persyaratan meliputi SK Veteran, Kartu Angota Veteran, Surat Keterangan Domisili
di Jakarta (dari kelurahan) yang diketahui oleh Camat setempat, KTP, K, Surat Keterangan
Perjuangan, enam buah map dan pas photo berwarna ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar.
Persyaratan yang telah lengkap bisa dibawa langsung ke Kantor Legium Veteran;Jl. Raya Pasar
Mingu No. 89 Jakarta Selatan atau Kamenvet/Kodim Tanah Kusir Jakarta Selatan. Untuk
informasi lebih jelas, Relawan Dibo Pis dan Slankers ini menghimbau veteran agar
menghubungi bapak Agus Sumarno di no telpon: 021. 798453 atau 021.7946078.
Ketiga, Pekerja Golongan Rendah namun berisiko tingi. Kelompok ini menjadi penting
mengingat peran mereka yang cukup signifikan di masyarakat. Salah satu contoh kata Dibo
adalah satpam dan penjaga malam. Mereka bekerja bukan saja melawan angin malam tetapi
fisik dan nyawa mereka menjadi taruhan. Kalau pendapatan mereka masih di bawah UMP,
bagaimana mereka menjaga kesehatan dan fisik yang justeru menjadi nilai penting dalam
pekerjan tersebut? Oleh karena itu, Dibo akan menitik-beratkan persoalan ini dalam rentang
kerja di DPD sebagai bahasan utama dalam program usulan ke DPR.
Departemen sosial di bawah menteri sosial tentunya harus membuat keputusan
perundangan bagi perusahan baik negeri maupun swasta agar memberi pekerja semacam ini
dengan upah atau gaji yang layak sesuai UMP. Termasuk dalam kelompok pekerja beresiko
tingi lainya menurut Dibo adalah penjaga rel Kereta Api. Petugas ini selain menghadapi
resiko keselamatan dirinya, juga resiko dan keselamatan orang banyak. Maka penting sekali
memikirkan upah yang layak bagi mereka sehinga pekerjan yang penuh resiko itu dilakukan
sebaik mungkin.
Para pekerja yang pikiran dan perasanya tidak memiliki konsentrasi tingi sangat
membahayakan orang lain. Oleh karena itu pemerintah perlu memperhatikan upah minimum
bagi mereka sehinga tidak lagi terjadi lamunan yang membahayakan. Begitupun dengan
petugas kebersihan. Kita hidup di kota ini sangat membutuhkan nilai-nilai kebersihan secara
nyata. Pekerja di bidang ini perlu mendapat perhatian pula oleh pemerintah dengan upah yang
layak Pekerja kebersihan khususnya yang bekerja pada malam hari harus mendapat tunjangan
lain yang mampu menjaga fisik dan kesehatan mereka sehinga slogan DKI sebagai kota Teguh
Beriman dapat tercapai. Bukankah bagi muslim, kebersihan menjadi bukti keimanan?
Kempat, bencana. Bencana yang datang secara mendadak seperti kebakaran sudah pasti
meningalkan penderitan bagi korban. Dibo bersama tim akan melakukan presure terhadap
pemerintah khususnya pemda DKI bersama elemen pemerintah daerah lainya untuk bertindak
cepat dengan memberi bantuan utama seperti pengadan penampungan sementara dan
bantuan renovasi bangunan yang ikut musnah dilalap api. Bantuan renovasi ini diberikan
khususnya kepada mereka yang tergolong tidak mampu dan mengacu pada “angaran� yang
ada. Begitu pula dengan banjir. Kesigapan pemerintah dalam setiap bencana merupakan
tangung jawab yang tidak bisa diangap ringan.
Bencana tahunan ini kerap menelan korban yang cukup banyak. Penanganan korban banjir
juga kurang optimal sehinga korban terus berjatuhan manakala bencana ini datang. Pemerintah
kata Dibo, perlu mengambil langkah-langkah preventif dengan pengadan pembuangan
sampah masyarakat DKI dibarengi peraturan dengan sanksi yang tegas bagi mereka yang
membuang sampah di aliran sungai (DAS). Pada sat banjir datang, Dibo merencanakan
penanganan yang lebih signifikan sehinga tidak banyak menimbulkan korban. Termasuk
dalam perencanan itu adalah menekan pemerintah khususnya pemda DKI untuk pengadan
bantuan alat dan logistik yang lebih cepat untuk bencana yang menimpa penduduknya. Untuk
penanganan bencana, Relawan Dibo Pis berusaha merangkul seluruh pengurus Karang
Taruna yang berada di wilayah DKI, Tagana, Satgana dan ormas-ormas lainya.
Selain program tersebut di atas, Oprah Winfrey Indonesia ini telah memberikan kiprahnya
di masyarakat. Walaupun sepak terjang Relawan Dibo Pis dengan Slankersnya ini lebih
dikenal dengan program layanan ambulan gratis, sebenarnya telah berjalan pula program lain
seperti Memburu Pahala, yang pelaksananya dilakukan semingu sekali. Program ini lebih
difokuskan dalam bentuk membantu kebersihan masjid-masjid yang ada di DKI. Bahkan sejak
tiga tahun yang lalu, Relawan Dibo Pis yang disutradarai Firman Abadi ini telah membina
sekitar 120 anak yatim di musholah Ataufiq di Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan. Tidak
cuma itu, Relawan Dibo Pis ini juga memiliki program Relawan Gakin yang difokuskan pada
bantuan advokasi dan pembiayan Rumah Sakit bagi masyarakat yang tidak mampu dan hidup
dalam kesulitan ekonomi.
Rencana ekstensifikasi juga direntangkan oleh Relawan Dibo Pis ke masalah sosial lain
seperti anak jalanan. Dibo mengurut dada dengan data yang dilansir oleh Komisi Perlindungan
Anak. Menurut komisi ini (KPAI), pada tahun 207 jumlah anak jalanan sudah mencapai 30.0.
Problem anak jalanan merupakan perluasan program yang juga menjadi bagian aksi Relawan
Dibo Pis ke depan. Dalam konteks ini perencanan seperti yang digambarkan oleh Dibo Pis
kepada Penulis adalah menyatukan kerangka kerja yang integral antara LSM yang dibentuk
oleh Pemprop DKI, KPAI dan Relawan Dibo Pis yang tersebar di penjuru Jakarta. Format kerja
ini akan dilakukan sesegera mungkin mengingat banyaknya kasus yang muncul di tengah
kehidupan anak jalanan baik yang menyangkut ekonomi, sosial dan barang terlarang kategori
Nafza.
Pemerintah dan masyarakat harus terlibat aktif merumuskan dan melakukan tindakan
preventif untuk mencegah kehancuran masa depan anak Indonesia.
Kumpulan aksi sosial yang telah diretas oleh Relawan Dibo Pis yang diawaki Firman Abadi ini
tak kalah dengan Oprah Winfrey dan Brad Pit. Ternyata, masih ada pemuda di Jakarta dengan
kepedulian sosial yang mengetarkan dunia.
EPISODE 4
DIBO & SLANK DI MATA JURNALIS
Media cetak menjadi salah satu alat yang cukup efektif mensosialisasikan organisasi dan
program yang hendak ditawarkan kepada masyarakat. Begitupun dalam ranah politik, media
baik cetak maupun elektronik menjadi jembatan yang amat penting. Oleh karena itu, penulis
mengangap perlu menurunkan beberapa tulisan tentang Dibo yang ditulis oleh kalangan
jurnalis. Mengapa? Jurnalis dengan kode etik jurnalistiknya lebih fair dan rasional mengangkat
berita tentang pribadi, tokoh dan incumbent dengan latar kepribadian dan sepak terjangnya di
masyarakat.
YAN
Nonstop Metro Metropolitan, Senin 28 Juli 208
Bos Slankers Sudah Kantongi 1 Juta Suara
Firman Abadi alias Dibo Pis, yakin kalau dirinya akan mendapatkan dukungan satu juta
suara dari kalangan anak muda untuk merebut kursi Senator Jakarta (DPD RI). Jumlah suara
tersebut kata Dibo akan ia dapat dari kerja keras 50 ribu angota Slankers di Jakarta. “Total
Slankers Jakarta kurang lebih ada 250.0 orang”. Kalau mereka semua bergerak, saya yakin
minimal satu juta suara dari kalangan pemilih pemula akan saya kantongi,” terang Ketua
Slankers Jakarta ini.
Dalam waktu dekat kata dia, Slankers akan menyebarkan isi kontrak politik yang salah
satu isinya siap menyumbangkan 60% gajinya buat pemberdayan anak muda. “Ini bukan janji
seperti politisi. Saya maju karena kaum muda butuh perwakilan di parlemen,” aku calon senator
termuda ini.
Dibo melanjutkan, jika dirinya dinyatakan lolos verifikasi oleh KPUD akan langsung
meminta izin resmi ke Kaka, Bimbim dan Bunda Slank di Gang Potlot, Jakarta Selatan.
JIMY ALE
Fajar Metro, Edisi 3-Tahun IV-208
FIRMAN ABADI
Calon Angota DPD DKI Jakarta 209-2014
Blantika politik Indonesia belakangan ini kian diminati golongan anak muda. Hal ini
dibuktikan dengan tampilnya sederet kaum muda yang memberanikan diri menjadi kandidat
kepala daerah, baik kabupaten maupun provinsi. Golongan generasi muda itu adalah H. Dede
Yusuf dan Rano Karno. Keduanya secara gemilang memenangkan pemilihan kepala daerah
yang belum lama terdengar. Lalu bagaimana dengan anak muda yang bernama lengkap Firman
Abadi Herman ini?
Figur yang akrab dikenal dengan sapan Dibo Pis di kalangan anak muda ini, belum
punya niatan duduk di pemerintahan. Pasalnya lelaki kelahiran 36 tahun lalu di Padang ini
juga belum punya niatan berjibaku di partai politik. Lalu?
Dibo, yang kini hatinya tercurahkan kepedulianya buat generasi muda dan kaum dhuafa
mencoba mengalang kekuatan untuk duduk di dewan perwakilan daerah (DPD). Apa yang
melatar-belakangi bapak satu anak ini bertekad duduk di DPD? Firman yang ditemui di
Markas Dibo, di Jalan Raya Pasar Mingu No.2, depan Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan,
sempat mengungkapkan uneg-unegnya kepada SKU Fajar Metro beberapa wktu lalu.
Menurut dia, peran anak muda belakangan ini tidak lagi tersentuh oleh golongan tua,
sehinga kiprahnya dirasakan mulai goyah dan rapuh. Dampaknya, tidak sedikit anak muda
yang terancam oleh obat bius, fre sex dan ugal-ugalan di jalan.
Demikian juga kaum dhuafa, keberadanya kerap menjadi bulan-bulanan golongan
berduit. “Mencari kerja susah, harga sembako dan kebutuhan rumah tanga meroket membuat
si lemah tidak memiliki nilai sebagai manusia,” kata Dibo, seraya mengklaim, ini semua akibat
perbuatan para petingi yang tidak bertangung jawab, yang kerjanya hanya mengerogoti
uang rakyat. “Disinilah saya merasa terpangil tampil untuk duduk di DPD, itupun jika
direstui kaum yang saya ungkapkan tadi,” aku Dibo merendah.
Ungkapan Dibo ini, diharapkan bisa diterima oleh rakyat yang akan “dibela”. Sebab, Dibo
bisa duduk di DPD bukan dukungan partai politik (parpol), melainkan dari golongan
independen yang patut mendapat dukungan dari generasi muda dan kaum dhuafa.
Kiprah Dibo di pangung politik boleh dibilang baru seumur jagung, namun tekad
bulatnya membela rakyat tak berpunya dan kaum muda telah diaplikasikan melalui kegiatan
wiraswasta yang mandiri dan kegiatan sosial.
Menurut orang dekatnya, Bocheck, Dibo menunjukan kepedulian terhadap kaum muda
dengan rekrutment Slankers dan memproduksi berbagai atribut kebutuhan yang berkaitan
dengan anak muda.
Anda bisa buktikan dengan datang sendiri ke Markas Dibo Pis. Ini salah satu bidang wiraswasta
mandiri buat contoh bagi kaum muda”, ungkap Bocheck semangat.
Soal kegiatan sosial, lanjut Bocheck, Dibo memiliki kepedulian sosial yang sangat tingi
terhadap kaum dhuafa. Hal itu telah dibuktikan dengan mengalang anak-anak muda sebagai
relawan dan menyiapkan sedikitnya 5 unit mobil jenazah yang bisa dimanfatkan oleh kaum
dhuafa secara cuma-cuma (gratis).
BUM
Warta Kota, Jumat 25 Juli 208
5 Calon DPD Gugur. Ketua Slankers Lolos
Lima dari 48 calon angota dewan perwakilan daerah (DPD) asal DKI Jakarta dinyatakan
gugur setelah dilakukan pemeriksan administrasi persyaratan. Dengan demikian tingal 43
calon yang Kamis (24/7) mengikuti verifikasi faktual di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU)
DKI Jakarta.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Verifikasi Calon Perseorangan (DPD) KPU DKI Jakarta,
Aminulah, sat ditemui Warta Kota mengungkapkan, kelima calon yang gugur itu antara lain
karena jumlah pendukungnya tidak memenuhi target minimal, yakni 3.0 orang. “Ada pula
yang tidak mengembalikan berkas secara lengkap,” katanya.
Dari data yang didapatkan Warta Kota, ke-5 nama yang tak lolos tersebut adalah Endi
Martono, Hendrayanto Andrie, John Sihombing, Adia Minandar dan Lidyawati Rafli. Adia
Munandar pernah menjadi calon angota DPD pada Pemilu 204.
Pemeriksan faktual ini antara lain meliputi KTP dan ijazah asli. Selain itu, untuk PNS,
angota Polri dan angota TNI harus dapat menunjukan surat pengunduran diri dan telah
diteruskan ke atasanya. Setelah dilakukan verifikasi faktual,ke-43 calon angota DPD itu
dinyatakan lulus seleksi.
Dari 43 nama calon angota DPD yang lolos seleksi adminstrasi itu terdapat sejumlah
nama, seperti Dani Anwar, AM Fatwa, Biem Benyamin, Abdul Radjak dan Firman Abadi alias
Dibo Pis. Firman kata Aminulah, adalah Ketua Komunitas Slankers Jakarta.
THANTRI KESUMDARI
Indonesia Monitor, Edisi 2 Tahun I/8-208
Senator Dari Gang Potlot
Nama Dibo Pis terus menjadi bahan pembicaran ratusan Slankers yang berkumpul di
Gang Potlot, Sabtu (5/7) malam lalu. Maklum, sebagai ‘anak slengean’ Dibo Pis sebentar lagi
akan menjadi calon angota DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
Nama aslinya, Firman Abadi (36 tahun). Ketua Slankers Club Jakarta itu beken dipangil
Dibo Pis. Ayah dari Alfiah Zulfah Umaimah (4 tahun), dan istri bernama Kartini (3 tahun) ini
serius nyalon sebagai senator Jakarta.
Keseriusanya dibuktikan dengan menyebarkan kontrak politik kepada ribuan angota
Slankers dan masyarakat. Isinya : Siap mendengar dan memperjuangkan aspirasi masyarakat
Jakarta. Kedua, membangun Jakarta dengan memberdayakan generasi muda.
Insya Alah kalau masyarakat memberikan mandat, saya Firman Abadi alias Dibo Pis
akan memberikan 60 persen gaji dan pendapatan sebagai senator untuk kemanusian warga
Jakarta,” tegasnya.
Ketertarikan pria berjengot ini dengan dunia politik, salah satunya diawali karena sering
berkumpul dengan Slankers di markas Slank di Gang Potlot, Jakarta Selatan atau di Dibo Pis,
seberang TMP Kalibata. Hampir setiap hari sekitar 30-40 Slankers berkumpul tidak hanya
membicarakan musik. Slankers juga membicarakan masalah beratnya ekonomi, sosial, carut
marut politik. “Kita mungkin terlihat slengean, namun kita juga peduli nasib dhuafa.” Katanya.
Wiraswasta periklanan ini mengaku sudah mengantongi 50 dukungan sebagai
persyaratan administrasi. Seluruhnya datang dari Slankers yang setiap hari berkumpul di dua
tempat tongkoranganya. Laju jebolan STM 1 Budi Utomo tahun 193 ini makin kencang.
Sebagai tokoh informal anak muda Jakarta, Dibo yakin 2,5% pemilih pemula akan
memilihnya. Jumlah tersebut diambil dari total jumlah angota Slankers di Jakarta sejak tahun
198 sampai 208. “Sampai sat ini, jumlah angota Slankers di Jakarta sebanyak 250 ribu
angota,” paparnya. Belum lagi dukungan yang dikantongi dari alumni STM Budi Utomo
tahun 1987-207. Dibo tercatat sebagai ketua alumni 10 tahun Budi Utomo.
Ia menambahkan, seluruh dukungan tersebut makin menguat begitu mendapat restu dari
personel Slank untuk maju sebagai senator dari Gang Potlot. “Setelah masalah di KPU beres,
saya minta restu semua personel Slank, managemen, dan Bunda Slank.”
Soal dana yang dikeluarkan, Dibo mengandalkan jaringan Slankers. Jadi, sosialisasi tidak
membutuhkan dana besar. “Sekitar Rp 50 juta. Sisanya cukup dengan Pis,” ujarnya sambil
mengacungkan telunjuk dan jari tengah lambang perdamaian.
SOFYAN HADI
Tabloid Berita Minguan Sensor
Edisi 135TAHUN I, 14-20 April 208
Gosip Slank Bikin Gerah DPR
Boleh jadi, pernyatan angota DPR yang hendak mengugat kelompok musik Slank
hanya gertak sambal. Tapi, karena bersaman dengan ditangkapnya wakil rakyat terhormat
oleh KPK, gertak itu menjadi seolah-olah serius.
Di sebuah gang pemukiman penduduk di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan,
sekelompok pemuda tampak membahas ancaman angota DPR terhadap grup kesayanganya,
Slank. Mereka tampak galak, karena sesekali mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukan
kepada wakil rakyat yang sehari-harinya berkantor di gedung DPR Senayan, Jakarta.
Ikhwal fans berat kelompok musik Slank alias Slankers bereaksi dipicu oleh pernyatan
Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK), Gayus Lumbun dan Ketua BK, Irsyad Sudiro. Mereka
menyatakan, merasa disudutkan dengan lagu-lagu yang dilantunkan Slank.
Ada grup band yang sedang aktif mendukung KPK, namun membuat lirik yang menyakiti lembaga,
karena bunyi liriknya DPR tukang buat U dan korupsi. Ketua BK Irsyad Sudiro menambahkan,
pihaknya tengah melengkapi bahan-bahan berupa kaset dan rekaman, serta meminta
pertimbangan komisi hukum (Komisi I) DPR, apakah layak untuk ditindaklanjuti secara
hukum. “Kita akan minta pertimbangan apakah ini termasuk menistakan lembaga dan layak
ditindaklanjuti.” Kata Irsyad.
Sontak, reaksi pun
berlanjut. Ada yang mencibir
dan banyak yang menambah
cibiranya. Maklum, hari gini
masih saja ada pejabat publik
yang tersingung dengan karya
seni. “DPR itu cuma kurang
kerjan. Masak tersingung
dengan lirik lagu, tapi dengan
perilaku orang wakil rakyat yang
suka pamer kekayan, pura-pura tidak tahu,” kata YBP Pamungkas, praktisi komunikasi dari
Forum Hitam Putih.
Sementara itu Ketua Umum Relawan Dibo Pis, Firman Abadi atau akrab disapa Dibo
mengatakan, pihaknya akan aksi turun ke jalan untuk membela Slank apabila DPR melakukan
gugatan terhadap Anak Potlot. “kami akan mengerahkan semua Slankers di seluruh Indonesia
untuk membela Slank,” kata Dibo berapi-api kepada Tabloid Sensor. Jumat (1/4) siang di
tempat kerjanya.
Menurutnya apa yang dilakukan Bimbim dan kawan-kawan bukan berdasarkan imajinasi
belaka, melainkan dari fakta yang memang benar adanya. Buktinya, sat DPR memutuskan
untuk tidak melanjutkan proses pengaduan atas kasus lirik lagu Slank yang dinilai melecehkan
DPR, “Muncul kabar penangkapan Al Amin Nur Nasution.”
Ya. Badan Kehormatan DPR akhirnya menyerahkan penilaian kepada masyarakat terkait
lirik lagu yang membuat gerah angota DPR dan angota keluarganya. “Yang jelas kita akan
menghentikan proses itu (gugat Slank). Kita kembalikan lagi kepada masyarakat,” ujar Wakil Ketua BK
DPR, Gayus Lumbun.
Gayus menepis bahwa pemberhentian ini akibat adanya desakan dari masyarakat agar
seniman dibebaskan dalam menampilkan karya-karyanya. “Ada yang bilang penghentian ini
karena serangan dari masyarakat, itu bukan. Yang seperti ini tidak boleh ditoleransi harusnya,” jelasnya
lagi.
Gayus menuturkan, BK telah melakukan konsultasi dengan pimpinan DPR dan kita dapat
masukan agar masalah ini dihentikan saja. “Semula kita akan mengevaluasinya di Komisi I, namun
kita kembalikan lagi kepada masyarakat.” Kata Gayus.
Uniknya, di tempat yang sama. Wakil ketua BK yang lain, Tiurlan Hutagaol, mengatakan
seniman semacam Slank harus diberi anugerah dalam menuangkan kreasinya. Karena itu,
kurang layak jika DPR meneruskan proses keberatan atas syair lagu grup band papan atas
Indonesia itu.
Sementara itu, Yunus Yosfiah sat ini berpendapat bahwa bangsa Indonesia telah
bersepakat membangun peradabanya, dan karena itu lirik puisi dan syair lagu yang diarahkan
untuk mengkritik seharusnya berpedoman kepada etika dan disampaikan secara santun. Ia
meminta masyarakat membaca syair lagu Slank itu secara lengkap, agar bisa menilai sendiri
apakah lagu Slank tadi diangap sebagai karya seni atau justru tidak pantas dijadikan
konsumsi umum.
Slankers Jiran
Terlepas dari kontroversi yang terjadi di dalam negeri, para Slankers-pecinta Slank- di
Malaysia malah siap memberikan dukungan penuh kepada grup band yang diawaki Kaka,
Bimbim, Ridho dan Ivanka itu. Mereka akan mengumpulkan tanda tangan sebagai bentuk
protes kepada DPR, menyusul rencana DPR yang akan mengugat grup musik itu karena lagu
Gosip Jalanan.
Kami akan mengumpulkan tanda tangan untuk memprotes DPR dan juga memberikan dukungan
kepada Slank,” kata Masruhin Hafif Syamsudin, ketua Slankers Malaysia, di Sunag Jaya,
Selangor.
Menurut Ukin, pangilan akrab Masruhin, Slankers Malaysia memiliki angota sekitar
76.0 orang. Kini pengumpulan tanda tangan sedang berjalan dan akan ditawarkan juga
kepada para pengemar lagu –lagu Slank yang belum jadi angota.
Kami akan kumpulkan dalam waktu semingu” kata Ukin. Slankers terpaksa mengirim surat
protes ke DPR karena dinilai sudah keterlaluan. Lagu yang diprotes sudah dikeluarkan sejak
204, tapi karena dinyanyikan sat Slank memberi dukungan kepada KPK, Senin, 24 Maret 208,
kemudian BK DPR memasukan perkara ini dalam notulen rapat tertutup dengan Ketua DPR.
Bagaimana dengan demokrasi di Indonesia. Kok kebebasan berekspresi melalui karya seni semakin
dikekang oleh DPR. Mengapa mereka baru melakukan protes sat ini,” katanya. “Kami akan terus
mendukung Slank untuk terus membuat lagu-lagu bertema kritis sosial dan menyuarakan aspirasi
rakyat,” tambah Ukin.
Keprihatinan serupa dikemukakan Bunda Ifet Sidharta, manajer Slank yang akrab disapa
Bunda Ifet. Ia merasa heran pada sikap BK DPR. “Lagu Gosip Jalanan itu kan sudah empat tahun
yang lalu, kenapa baru dibahas sekarang?” kata ibunda penabuh drum Slank, Bimbim.
Bunda Ifet mengatakan lagu Gosip Jalanan merupakan salah satu lagu yang ada di
kepingan cakram (CD) bertajuk Slank Anti Korupsi, yang diberikan kepada KPK pada 24 Maret
lalu. Bunda Ifet juga menandaskan, reaksi keras dari DPR tidak membuat gentar Slank untuk
terus mendengungkan perang melawan korupsi. “Ngak mungkinlah karena ini semua kami
lakukan untuk negeri dan bangsa,” katanya dengan penuh semangat.
Lebih lanjut bunda Ifet mengungkapkan sat ini sejumlah elemen masyarakat telah
menyampaikan dukunganya. Misalnya, dukungan dari kelompok pengemar Iwan Fals (Oi)
dan Baladewa- fan grup Band Dewa. Dukungan itu datang dalam bentuk surat tertulis maupun
SMS kepada kami,” katanya.
Bermula dari berdirinya Cikini Stones Complex (CSC) pada Desember 193, yaitu grup
musik yang terdiri dari anak-anak SMA perguruan Cikini, Jakarta. CSC terdiri dari Bimo
Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vocal) dan Wel Weli (vocal), yang
banyak mengekspresikan kecintan pada lagu-lagu Roling Stones. Namun sayang tidak
bertahan dan membubarkan diri.
Seiring dengan perkembangan waktu Slank mengalami perubahan personil sampai 14 kali
pada 196 yang bertahan hinga sekarang. Formasi terakhir yang dimulai dari album ke-7 Slank,
terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vocal) Ivanka (bas), Ridho (gitar) dan Abde (gitar).
Album Slank, diantaranya Suit-Suit.Hehehe (Gadis Sexy) (190), Kampungan (191), Pis
193), Generasi Biru (195), Minoritas (191), Lagi Sedih (196), Tujuh (197), Mata Hati
Reformasi (198), Virus (201), Satu Satu (203), Bajakan (203) Road To Peace (204), Plur (205)
Slankisme (206) dan Slow But Sure (207). Dari sekian banyak album yang telah ditelurkan,
lagu berjudul “Gosip Jalanan” ini yang bikin gerah wakil rakyat.
BRAM
Progresif, edisi 27-Tahun VI 20 Oktober 208
Firman Abadi (Dibo Pis) Calon DPD DKI Jakarta
Seluruh Kebijakan Pemerintah Harus disosialisasikan”
Sosok Firman Abadi yang akrab dipangil Dibo Pis, adalah figur yang cukup dikenal
kalangan kaum muda khususnya di wilayah Pasar Mingu Jakarta Selatan. Ketertarikan pria
beruisa 36 tahun untuk terjun ke pangung politik dengan mencalonkan diri sebagai Dewan
Perwakilan Daerah DKI Jakarta dari kaum muda independen ini, didasari dengan semangat
bahwa kaum muda harus berani tampil memberi warna, jangan hanya menjadi penonton
terhadap perubahan negeri ini, khususnya untuk masyarakat Jakarta.
Dibo Pis maju untuk menjadi senator DKI Jakarta bukan tanpa bekal. Sebagai Ketua
Slankers Club Jakarta yang dekat dengan personil Slank itu merasa yakin mendapat 2,5% dari
pemilih pemula yang berasal dari para angota Slankers yang sampai sat ini mencapai 250
ribu angota. “Ini merupakan modal buat saya ke depan, dan saya juga siap mendengarkan aspirasi
masyarakat khusunya kaum muda menyangkut masalah kebijakan Pemda DKI Jakarta,” katanya.
Selain itu Dibo Pis juga menambahkan bahwa dirinya siap mensosialisasikan kebijakan
Pemda DKI Jakarta, agar masyarakat mengetahui hak dan kewajibanya sebagai warga
masyarakat DKI Jakarta. “Sebagai contoh, bila ada bantuan dari pemerintah, seperti bea siswa dari
Presiden SBY kepada siswa atau mahasiswa yang memenuhi syarat di DKI Jakarta, maka hal itu harus
segera disosialisasikan agar masyarakat mengetahui bantuan itu serta menghindari adanya bantuan yang
salah sasaran,” ujarnya.
Dibo Pis, yang memiliki aktivitas sebagai wiraswasta periklanan ini mengaku sudah
mengantongi dukungan sebanyak 5.0 pendukung sebagai salah satu persyaratan administrasi
dari KPUD DKI Jakarta, dan dipastikan ikut bertarung di Pemilu 209. Sat disingung
mengenai pendanan, Dibo Pis mengatakan bahwa dana yang dimilikinya tidak banyak,
hanya sekitar Rp. 50,- juta.
x20AC;œKekuranganya mengandalkan dari jaringan Slankers yang ada di DKI Jakarta,â€? ujarnya
mengakhiri perbincangan dengan Progresif sambil mengacungkan telunjuk dan jari tengah
melambangkan simbol perdamaian.
BUDI
Warta Nasional
FIRMAN ABADI
x20AC;œKALAU CARI DUIT JADILAH PENGUSAHAâ€?
Jakarta Warnas
Kalau kita tertarik kepada DPD itu, kebanyakan generasi muda hanya bicara, tetapi
pemuda sendiri sementara ini tidak berani maju sendiri tanpa dibawa siapa-siapa dan seperti
saya cermati kebanyakan mereka maju karena faktor kedekatan dengan Ketua Umum Partai
tetapi saya pribadi maju melalui jalur independen.
Melalui jalur non partai tersebut tentunya lebih enak dan puas tidak seperti melalui
kendaran politik atau partai tertentu.
Demikian diungkapkan calon DPD DKI Jakarta dari unsur independen Firman Abadi atau
lebih akrab disapa Dibo Pis. Ia menambahkan, kalau generasi muda ingin merubah, majulah
melalui jalur independen dan tidak tergantung kepada yang tua. Jadi bicara yang tua, yang
muda tidak mundur, tapi tetap mendukung juga dan kita belajar berjuang sebagai Pemuda
untuk duduk di DPD sebagai langkah awal.
Posisi DPD itu tidak tergantung oleh ketua partai, modalnya kedekatan kita terhadap
masyarakat untuk kepentingan masyarakat serta suara hati bukan suara fraksi. Untuk itu kita
dapat memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Dalam konteks ini masyarakat harus
mengerti hak-hak yang diberikan bukan kewajiban anda-anda semua saja, tapi kita harus
mengetahui antara hak dan kewajiban yang diberikan.
Sementara itu, relawan Dibo Pis ini adalah relawan anak muda gang Potlot Duren tiga.
Salah satu program Dibo Pis selama ini telah memberikan Ambulan secara gratis untuk
masyarakat yang membutuhkan.
Dalam laju pemerintahan SBY-JK terkait dengan kebijakan pendidikan, memberikan 50
ribu beasiswa kepada mahasiswa di Jakarta tetapi kita tidak tahu siapa yang mendapat
beasiswa itu. Masyarakat harus tahu secara jelas transparansi bantuan tersebut. Jangan sampai
ada image ditengah publik bahwa yang mengerti dan tahu soal bantuan itu hanya panitia
penyelengara saja. Demikian Firman mengkritisi kebijakan pemerintahan SBY-JK.
Sebagai calon DPD Firman berpesan khususnya terhadap generasi muda mulai sekarang
tentukan arah tujuan dan cari tau-lah masyarakat untuk siapa memilih dan jangan masa bodoh
dengan perkembangan perpolitikan di Indonesia ini, Tentukan kepemimpinan kedepan dengan
generasi muda dan cermat dalam memilih. “Jangan takut kawan. Hidup memang tidak pasti tetapi
dalam ketidakpastian itu selalu ada peluang untuk menang. Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan
berdo’a.”
Pemuda ingin masyarakat mempunyai wakil sendiri dan makanya dengan ini saya maju
melalui jalur independen. Kalau saya maju lewat jalur partai, mungkin masyarakat banyak
melihat adanya kepentingan-kepentingan politik. Untuk itu bagi calon pemimpin, ketahuilah
bahwa jabatan baik di legislatif maupun eksekutif, bukan untuk cari duit. Jangan berjuang
mengatasnamakan Rakyat tetapi hanya sebagai kedok belaka yang pada akhirnya cuma cari
duit. Kalau mencari duit, jadilah pengusaha. Untuk itu, marilah dengan rasa ikhlas dan tulus
menuai aspirasi rakyat, mari kita bekerja sama dan berjuang memajukan bangsa ini.
Tandasnya.
Pesan Penulis untuk Firman Abadi
Hidup itu sebuah pemaknan empathi di mana niat menjadi motivasi dan ikhlas sebagai landasanya”
Kalau hidup merupakan wadah aktualisasi mimpi-mimpi maka mati adalah mimpi yang tidak
terwadahkan”
FURY QONZANO